Siap Jalankan PPKM Darurat
Meski Berat, Wali Kota Optimistis Surabaya Bangkit
SURABAYA, Jawa Pos – ”Kondisi Surabaya darurat apa tidak sih? Ada yang mengatakan tidak darurat. Lihat itu BOR rumah sakit. Mayoritas sudah 100 persen. Berarti kan iki wis darurat,” tegas Wali Kota Eri Cahyadi kemarin (1/7). Belum lagi, jumlah kumulatif warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 saat ini sudah mencapai 2.800 orang. Melonjak sejak dua pekan lalu. ”Wis opo maneh. Yang tidak darurat sing endi?” katanya.
Pernyataan tersebut merupakan respons Eri ketika mendengar kebijakan anyar dari pemerintah tersebut. Yaitu, PPKM darurat. Sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo, satu hari lagi, aturan itu diberlakukan di Pulau Jawa dan Bali
Selama dua minggu, pembatasan ketat diterapkan.
Di dalam PPKM darurat, ada sejumlah aturan ketat. Seluruh pekerja nonesensial bekerja dari rumah. Pembelajaran tatap muka (PTM) dilarang. Siswa belajar dari rumah. Sektor ekonomi juga dipelototi. Jumlah pengunjung di pasar, supermarket, dan toko kelontong dibatasi maksimal 50 persen. Jam operasional dibatasi hingga pukul 20.00. Selain itu, rumah makan, kafe, dan warung hanya melayani takeaway.
Yang tidak kalah ketat adalah penutupan sejumlah tempat. Di antaranya, mal, pusat perbelanjaan, pusat perdagangan, tempat ibadah, sarana olahraga, serta pusat kesenian dan budaya.
Menurut Eri, aturan itu memang berat. Oleh pemerintah, warga dan pelaku ekonomi diminta lebih banyak di rumah. Sebab, virus korona saat ini tengah ganas-ganasnya.
Meski berat, Eri optimistis
Surabaya siap menjalankan PPKM darurat. Dia yakin pemerintah sudah melakukan telaah mendalam. ”Tidak ada niatan dari pemimpin untuk membuat susah warganya,” jelasnya.
Pria 44 tahun itu memberikan gambaran singkat. Pertimbangan pemerintah menginjak rem darurat. Keputusan itu diambil demi melindungi warga. Ketika selama dua minggu kegiatan dibatasi superketat, bahkan ada sejumlah sektor yang ditutup, dampaknya memang besar. Namun, selepas dua pekan itu, seluruhnya bisa kembali beroperasi. Perekonomian berjalan lagi.
Menurut Eri, seluruh warga harus bersabar dan banyak berada di rumah selama dua minggu. Dengan cara itu, virus korona tidak merebak. ”Sudah cukup banyak warga yang terpapar Covid-19. Jangan lagi bertambah,” tuturnya.
Bagi pelaku ekonomi, selama dua minggu mereka memang bakal buntung. Tidak ada pemasukan. Namun, selepas itu, geliat usaha kembali berjalan. ”Tinggal memilih. Dua minggu ditutup, selanjutnya keuntungan kembali besar. Atau, dua minggu tetap buka, tapi keuntungan sedikit,” ujarnya.
Suami Rini Indriyani itu yakin, ketika PPKM darurat berjalan di metropolis, seluruh pihak menjalankan. Mulai warga, pedagang pasar, pemilik warung, hingga pengusaha mal. Sebab, satu-satunya cara membendung persebaran Covid-19 adalah bergandengan tangan.
Ke depan, Eri menunggu surat resmi pelaksanaan PPKM darurat dari pemerintah dan Pemprov Jatim. Ketika dokumen itu sudah didapatkan, pihaknya akan mengambil langkah. Mengadakan pertemuan dengan forkopimda. ”Kami akan sosialisasikan ke seluruh warga,” ujar mantan kepala bappeko tersebut.
Beragam langkah dilakukan pemkot untuk membendung persebaran virus korona. Kemarin pengajian virtual diselenggarakan. Pemkot mengajak seluruh RT/RW serta LMPK menderas ayat suci. Menurut Eri, pengajian merupakan sebuah usaha. Sebab, kerja keras di lapangan sudah dilakukan. ”Semoga, dengan ikhtiar ini, musibah korona segera hilang dari Surabaya,” tuturnya.
Dua hari lalu, Eri turun ke sejumlah wilayah. Dia memantau jam malam. Di kawasan timur, bapak dua anak itu masih menemukan warung yang buka di atas pukul 20.00.
Kepala Bagian Humas Febriadhitya Prajatara menuturkan, pemkot terus memperkuat protokol kesehatan (prokes). Tim swab hunter setiap hari turun ke lapangan. Sebab, saat ini warga mulai kendur menerapkan prokes. Banyak yang tidak mematuhi prokes.
Febri –sapaan akrab Febriadhitya Prajatara– meminta warga mematuhi aturan. Sudah lebih dari setahun Surabaya berperang melawan Covid-19. ”Sudah saatnya Surabaya bangkit. Korona harus secepatnya hilang,” tandasnya.