Jawa Pos

Satu Hari Buat 100 Peti Mati

-

DUA terop berdiri di depan dinas pengelolaa­n bangunan dan tanah (DPBT). Di dalamnya, 40 petugas sedang sibuk. Mereka menggotong kayu, memotong tripleks, serta mengukur bahan.

Bahan-bahan yang telah siap itu segera disatukan. Setiap sudut dipaku. Bentuknya menjadi kotak segi empat. Ukurannya 2 meter x 0,5 meter. Sebagai sentuhan terakhir, kotak tersebut disapu dengan cat putih.

Kotak itu merupakan peti mati. Khusus bagi pasien Covid-19 asal Surabaya yang tutup usia. Pemkot berupaya mempercepa­t pembuatan tempat tidur terakhir tersebut. Sebab, saat ini jumlah warga yang meninggal dunia terus bertambah.

Wali Kota Eri Cahyadi menuturkan, sejak virus korona merebak, pembuatan peti mati telah berjalan. Pengerjaan­nya dilakukan di Keputih. Setiap hari petugas pemkot bahumembah­u mencukupi kebutuhan tersebut.

Akhir-akhir ini, virus korona mengganas. Bukti itu terekam pada website lawancovid-19. surabaya.go.id. Jumlah warga yang terpapar terus bertambah. Saat ini jumlahnya mencapai 652 pasien yang menjalani isolasi di Hotel Asrama Haji (HAH).

Warga yang meninggal karena Covid-19 pun melonjak. Sejak virus korona merebak hingga saat ini, total kumulatifn­ya mencapai 1.402 orang. Kondisi Surabaya semakin genting.

Melambungn­ya angka kematian berdampak pada pembuatan peti mati. Pemkot harus mempercepa­t penyediaan tempat bagi jenazah tersebut. ’’Untuk percepatan, kami menambah tempat pengerjaan peti mati,’’ ucapnya.

Sejak kemarin (2/7) halaman depan DPBT disulap menjadi ruang kerja pembuatan peti mati. Setiap hari pengerjaan berjalan. ’’Apa pun saya lakukan untuk membantu warga,’’ terangnya.

Pemkot menerjunka­n dua OPD sekaligus untuk membuat peti mati. Yaitu, dinas pekerjaan umum bina marga dan pematusan (DPUBMP) serta dinas perumahan rakyat, kawasan permukiman cipta karya dan tata ruang (DPRKP CKTR). Sejumlah satgas dilibatkan.

Menurut Eri, pihaknya telah menetapkan target. Dalam satu hari, minimal 100 peti mati dibuat. Peti itu dikirim ke TPU Keputih serta rumah sakit. ’’Jenazah yang sudah disucikan langsung dimasukkan ke dalam peti. Setelah itu dikubur,’’ paparnya.

Kabid Bangunan Gedung Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKP CKTR) Iman Krestian Maharhando­no menuturkan, semula peti mati itu dibuat di makam Peneleh. Ada lahan kosong yang bisa dimanfaatk­an sebagai ruang kerja. Namun, lambat laun kendala muncul. Mobilitas pengiriman peti mati terhambat.

Menurut Iman, kebutuhan peti mati tidak mencapai ratusan. Namun, selepas kasus korona bertambah, dalam satu hari pekerja diminta membuat 100 peti mati. ’’Setiap hari petugas belanja kayu dan tripleks,’’ terangnya.

Beragam upaya terus dilakukan pemkot. Tidak hanya membendung persebaran Covid-19 lewat upaya 3T. Pemkot juga menyiapkan kebutuhan bagi keluarga yang ditinggalk­an pasien Covid-19.

Tempat pemusalara­an baru disediakan. Yaitu, di dekat TPU Keputih. Penyucian jenazah itu beroperasi 24 jam.

Apa pun akan saya lakukan demi membantu warga." Eri Cahyadi

Wali Kota Surabaya

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia