Jawa Pos

Sering Membonceng Pengendara yang Melintas saat Malam

-

Bambang Hadi Purnomo mendatangi pohon besar di Jalan Gerbong pada Kamis malam (1/7). Sekitar 20 meter dari bawah jembatan Stasiun Gubeng Lama. Aroma dupa yang dibakarnya, ditambah udara dingin malam itu, menghadirk­an aura yang bikin bulu kuduk merinding.

Praktisi spiritual tersebut hendak mengajak ”makhluk-makhluk” di sekitar lokasi untuk berkomunik­asi. Tak lama kemudian, Bambang duduk di sebuah lapak di seberang jalan. Komunikasi pun dimulai.

Bambang menyampaik­an, ada sosok laki-laki. Umurnya 45–50 tahun. Wujudnya sudah tidak utuh. Sebagian wajahnya hancur.

Rupanya, sosok itu yang kerap mengganggu pengendara. Terutama perempuan yang melintas di atas pukul 23.00 WIB.

Saat berkomunik­asi dengan Bambang, makhluk tersebut bercerita. Ia sengaja menggoda pengendara karena kesepian. Sebetulnya, lokasi meninggaln­ya sosok tersebut bukan di Jalan Gubeng, melainkan di wilayah Pasuruan.

Saat itu ada kereta yang melintas. Nahas, ia tertabrak dan meninggal. Tubuhnya hancur. Sebagian ikut terbawa kereta. Bambang mengatakan, sosok itu datang ke sini untuk mencari kepalanya yang hilang. Kejadianny­a itu sudah lama. Sekitar awal 1990.

Selain itu, ada beberapa makhluk lain yang ”berkeliara­n” di Jalan Gerbong. Ada ular besar dan pocong. Sosok pocong tersebut juga berkomunik­asi dengan Bambang. Hanya, sesekali ia menampakka­n diri. ”Kalau yang ini relatif ndak nganggu,” ucap Bambang.

Beda dengan sosok yang tidak utuh itu. Ia sering ngikut membonceng di belakang pengendara sehingga secara tak sadar motor tiba-tiba berat. Namun, saat tikungan menuju Jalan Tapak Siring, ia kembali ke tempat semula.

Sepanjang Jalan Gerbong memang dikenal cukup banyak makhluk astral. Bahkan, sebelum menara signal direnovasi, konon makhluk gaib itu sering mengubah signal sehingga memengaruh­i jalan kereta.

Selain itu, banyak sosok ”anakanak” yang seliweran di sepanjang jalan. Nah, hal itu yang kadang membuat pengendara motor terjatuh. Menurut Bambang, ”anak kecil” itu adalah janin yang dibuang.

Dulu, sekitar 1990, Jalan Gerbong belum dibuka untuk jalan umum. Hanya ditempati gerbong kereta. ”Dulu cuma dipakai untuk jalan motor,” kata Efendi, salah seorang warga sekitar. Nah, sering ditemukan janin yang dibuang di gerbong kereta.

Menurut Efendi, area Jalan Gerbong dulu dikenal sebagai ”Kampung Seng”, kawasan esek-esek kelas pinggiran. Gubuk-gubuk dan lampu gas menjadi pemandanga­n lumrah di sepanjang rel saat malam. Sekitar 10 tahun lalu, gubukgubuk itu ditertibka­n. Pria 74 tahun tersebut tak menampik kalau di bawah jembatan sering ada pengendara yang terjatuh. Entah apa penyebabny­a.

Menanggapi kejadian tersebut, Bambang menyatakan, hal itu bisa disebabkan gangguan makhluk gaib. Misalnya, sosok ”anak-anak” yang kerap seliweran. Pria yang juga anggota tim rescue tersebut menambahka­n, kawasan Stasiun Gubeng menyimpan cukup banyak cerita misteri. Bambang mengungkap­kan, misalnya di area Stasiun Gubeng Lama. Di sana konon ada seorang nonik Belanda. Ia tidak bisa berjalan lantaran tertabrak kereta.

 ?? ALFIAN RIZAL JAWA POS ??
ALFIAN RIZAL JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia