Beri Perhatian Yang Isoman
Cerita eorang teman ini cukup bikin hati ikut miris. Salah seorang anaknya dinyatakan positif Covid-19. Karena semua rumah sakit penuh, disarankan melakukan isolasi mandiri (isoman). Tentu dengan bekal penjelasan yang lengkap tentang protokol isoman.
Pengaturan isolasi di rumah pun dilakukan dengan sangat hati-hati. Dukungan dari seluruh anggota keluarga tiada henti. Termasuk menyediakan menu makanan bergizi, memberikan vitamin, hingga rutinitas berjemur di pagi hari dan olahraga ringan.
Keresahan tiba saat suhu badan sang anak tiba-tiba naik. Awalnya, keluarga tidak panik. Toh, bekal pengetahuan tentang obat-obatan sudah didapat. Tapi apa mau dikata, hingga dua hari pencarian di semua apotek, obat yang dimaksud tidak ada. Apalagi antibiotik dan antivirus yang disarankan untuk penderita Covid-19. Harganya melonjak tinggi, harus menggunakan resep dokter, itu pun barangnya langka.
”Kalau memang tersedia, berapa pun harganya pasti saya beli,” ucap teman tersebut. Dia juga mengungkapkan kekhawatirannya dengan bahasa yang bikin trenyuh. ”Kalau kondisinya seperti ini, isoman ibarat menunggu nasib buruk saja”.
Cerita itu benar-benar riil. Banyak warga yang dinyatakan positif Covid-19 dan terpaksa harus melakukan isoman. Alasannya, semua fasilitas kesehatan penuh. Yang tidak paham protokol isoman pun lebih banyak lagi. Ketika tidak mendapat suplai obat gratis, mereka tak tahu lagi harus berbuat apa. Stres, imunitas semakin turun, dan kondisinya tak bisa membaik.
Di masa PPKM darurat ini, yang terjadi justru seperti ironi. Jumlah kasus baru positif Covid-19 melonjak habis-habisan. Bahkan dalam sehari kemarin, pertambahannya mencapai 38.391 kasus. Angka kematian harian pun ikut melonjak. Bulan ini sempat menyentuh angka 1.040. Padahal, sebelumnya tak pernah menyentuh angka 500. Malah biasanya di bawah 200 per hari.
Kini tak perlu membuat narasi bahwa banyak warga yang melakukan isolasi mandiri tanpa melapor. Atau isoman tidak sesuai protokol. Yang mereka butuhkan bukan tudingan seperti itu. Melainkan perhatian serius dari semua pihak.
Pemerintah daerah bisa mengerahkan seluruh strukturnya hingga tingkat RT/RW untuk banyak hal. Mulai memantau yang isoman, memberikan bantuan logistik bersama para tetangga, hingga membantu mendapatkan akses obat yang memadai. Tanpa kerja sama seperti itu, kita patut khawatir nasib orang-orang yang sedang isoman tersebut.