Obat di Apotek Langka, di Rumah Sakit Aman
SURABAYA, Jawa Pos – Obat dan multivitamin menjadi barang buruan yang kini banyak dicari masyarakat. Terutama jenis-jenis yang dipercaya ampuh untuk melawan virus Covid-19. Ketersediaan obat dan multivitamin di beberapa apotek Surabaya mengalami kekosongan.
Raka Pratama, contohnya. Dia sudah berkeliling ke tiga apotek di kawasan Surabaya Timur. Dia berburu vitamin D3 yang disebut-sebut menjadi kebutuhan utama pasien Covid-19. Namun, dua jam mencari ke sana kemari, stok vitamin itu kosong. Apotek kehabisan stok. ’’Ada teman saya yang terpapar dan positif Covid-19. Katanya vitamin D3 ini bisa membantu pemulihan. Tapi, sudah mencari, stoknya kosong semua,” ucapnya lesu.
Dia menceritakan, beberapa apotek memberikan opsi lain vitamin yang dia butuhkan. Raka mengatakan, apotek mengklaim rekomendasi vitamin dan obat yang ditawarkan memiliki efek sama dengan vitamin D3, bahkan lebih.
’’Ada yang nawari paket obat untuk pasien yang menjalani isolasi mandiri (isoman) dengan harga terjangkau. Namun, saya tidak berani beli karena belum tahu manfaatnya seperti apa,” katanya sambil berlalu dan mencari rujukan ke apotek lain.
Raka adalah salah seorang yang kemarin (8/7) berusaha mencari multivitamin yang dia butuhkan. Dari pantauan Jawa Pos, kondisi beberapa apotek di Surabaya Timur memang lebih ramai daripada biasanya. Rata-rata pembeli mencari multivitamin, obat antivirus, dan obat demam.
Deretan obat yang mereka beli adalah jenis yang biasa digunakan untuk penanganan Covid-19
J
Meskipun banyak di antaranya yang tidak terpapar Covid-19, mereka tetap memilih membeli. Alasannya, obat itu dijadikan sebagai cadangan bila sewaktuwaktu terpapar.
Sementara itu, Manajer Farmasi Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) Yulistiani mengatakan, masyarakat seharusnya tidak sampai panic buying dengan membeli multivitamin berlebih. Sebab, imunitas tubuh sudah bisa melawan penyakit apa pun.
’’Nah, di sini kekebalan tubuh bisa diperkuat dengan makanan yang kaya gizi seperti buah dan sayur,” jelasnya.
Terkait aksi beli yang dilakukan masyarakat, Yulis mengingatkan agar ada batasan dalam mengonsumsi vitamin. Sebab, kelebihan vitamin bakal menimbulkan masalah baru bagi tubuh. ’’Lebih baik menghindari masalah psikologis seperti stres yang bisa membuat imunitas tubuh menurun,” ujar dosen Fakultas Farmasi Unair tersebut.
Memang, selain multivitamin, kekosongan beberapa obat antivirus di apotek juga terjadi. Yulis mengatakan, rumah sakit ikut terimbas. Distributor obat mengaku stok obat lebih dulu diborong masyarakat. ’’Sempat seperti itu karena ada permintaan yang meningkat. Kemudian ada bantuan dari dinas kesehatan yang memberikan antivirus ke kami. Sampai sekarang stok di RSUA masih aman,” ucap kepala Pengembangan Profesi Apoteker Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Hisfarsi) Cabang Jatim itu.
Dia mengungkapkan, dalam hal ini apotek harus bisa bersikap tegas. Yakni, membatasi pembelian obat yang diajukan masyarakat. Apalagi, jika tanpa resep dari dokter, hal itu harus bisa dicegah.