Jawa Pos

Sesak Napas di Rumah, Meninggal Tak Tertangani

Dewan Minta Pemkot Tambah Personel dari Relawan

-

SURABAYA, Jawa Pos – Keluhan demi keluhan terus bermuncula­n dari masyarakat selama PPKM darurat berlaku. Banyak warga yang sambat karena tidak segera mendapatka­n penanganan ketika sakit. Kendati tidak bisa dimungkiri, fasilitas kesehatan minim dan petugas terbatas.

Anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya Siti Maryam mengatakan, dalam sepekan terakhir ponselnya tidak berhenti berdering. Hampir setiap hari ada keluhan dari warga yang masuk. Salah satunya, Kuriyah warga Tandes yang kesulitan mendapatka­n tempat isolasi.

Maryam mengatakan, warga tersebut mengalami sesak napas. Ketika berobat ke salah satu rumah sakit di daerah Surabaya

Barat, pasien tidak mendapatka­n penanganan. Pihak rumah sakit tidak bisa lagi menampung pasien baru. Warga tersebut akhirnya pulang dengan kondisi masih sesak. Tidak ada resep dokter maupun obat yang diberikan.

Ada lagi warga Perumahan Griya Kebraon, Kecamatan Karang

Pilang, yang meninggal tanpa penanganan. Namanya Marjanah. Pria yang sudah berusia lanjut itu ditengarai meninggal karena Covid-19 ketika menjalani isolasi mandiri di rumahnya. Pihak keluarga pun menghubung­i Maryam

’’Tak teleponkan TGC (tim gerak cepat, Red). Memang datang. Tapi, harus dipastikan almarhum meninggal dengan Covid-19 atau tidak,” katanya.

Politikus PDI Perjuangan itu pun menghubung­i puskesmas setempat. Namun, ditunggu sampai malam, pihak puskesmas tak kunjung datang. Sampai Sabtu pagi (3/7), petugas dari puskesmas tidak juga datang. Baru sekitar pukul 10.00, ada petugas yang memeriksa kondisi Marjanah yang sudah meninggal lebih dari 24 jam.

Pihak puskesmas pun menyatakan bahwa Marnajah meninggal karena Covid-19. Akhirnya, petugas menghubung­i ambulans dari dinas sosial (dinsos). Namun, setelah ditunggu sampai sore, mobil ambulans tak juga datang.

Karena terlalu lama, Maryam berkoordin­asi dengan pihak gereja tempat Marjanah beribadat. Dengan alat pelindung diri (APD) seadanya dan dibantu pihak puskesmas, jenazah Marjanah akhirnya dimakamkam di TPU Kebraon. ’’Sakno, sudah terlalu lama. Wes terpaksa dimakamkan di Kebraon,” paparnya.

Maryam mengatakan bahwa kasus tersebut merupakan fenomena yang harus segera dicarikan solusi. Untuk kasus warga Tandes yang mengalami sesak napas, Maryam berharap pihak rumah sakit tidak menolaknya. Sebab, yang bersangkut­an membutuhka­n perawatan intensif.

”Kalaupun memang terpaksa tidak ada tempat, mbok ya dikasih obat. Diupayakan bagaimana agar penderita ini tetap mendapat terapi Covid-19. Kalau obat biasanya tidak ada, ya cari obat lain dengan komposisi yang sama,” tuturnya.

Soal meninggaln­ya warga Kebraon yang tidak tertangani, Maryam meminta agar jumlah personel di garda terdepan penanganan Covid-19 ditambah. Dia memahami tugas puskesmas saat ini memang berat. Wajar jika kadang responsnya lambat. Namun, kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan. ’’Termasuk TGC. Kudu ditambahi wonge,” ucapnya.

Secara terpisah, Wakil Sekretaris Satgas Covid-19 Kota Surabaya Irvan Widyanto mengaku hampir semua rumah sakit memang sedang penuh. Baik rumah sakit milik pemerintah maupun rumah sakit swasta yang bekerja sama dengan pemkot sebagai tempat isolasi maupun perawatan penderita Covid-19. ’’Kami sedang upayakan (agar obatnya tersedia, Red),” katanya.

Soal tambahan relawan, Irvan mengatakan bahwa saat ini rekrutmen relawan masih berjalan. Dia belum tahu pasti berapa jumlah yang sudah masuk. Yang jelas, jumlah relawan untuk membantu penanganan Covid-19 akan ditambah sesuai kebutuhan.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia