Pendampingan Isoman pun Waiting List
Imbas Lonjakan Kasus Covid-19
SURABAYA, Jawa Pos – Terbatasnya fasilitas dan tenaga kesehatan di rumah sakit mendongkrak jumlah pasien yang isolasi mandiri (isoman). Antrean panjang di instalasi gawat darurat (IGD) berusaha dihindari melalui pendampingan isoman di rumah, lewat home care atau telekonsultasi.
Meski begitu, lonjakan kasus juga membuat pendampingan isoman naik drastis. Hingga membuat antrean waiting list tak sedikit. ”Kalau pendampingan isoman sebenarnya dibuat sejak awal tahun, tapi kenaikannya memang cukup tajam sejak kasus naik,” ucap dr Stephanie Patricia, chief of operation Medi-Call.
Patrice, sapaan Stephanie Patricia, menyebutkan, kenaikan memang mencapai beberapa kali lipat. Untuk mengimbangi kenaikan permintaan tersebut, pihaknya setidaknya sudah memiliki mitra tenaga medis mencapai sekitar 90 orang.
Dia menyebutkan, pasien bisa mendaftarkan diri melalui kanal yang mereka kelola. Selanjutnya, mereka melakukan asesmen. ”Kalau di RS kan pakai triase ya, kalau lewat pendaftaran virtual mengikuti urutan pendaftaran,” ucapnya.
Asesmen dilakukan untuk menegakkan konfirmasi kasus dan melihat gejala klinis yang dialami pasien. Cocok untuk dilakukan pendampingan isoman atau tidak. Angka pendaftar memang terus masih bertambah.
Hal serupa dialami tim pendamping pasien isoman di National Hospital. Saat ini, mereka masih menangani lebih dari 30 pasien isoman tiap hari. ”Untuk pendaftar sebenarnya sudah sampai ratusan, ya kami hubungi sesuai dengan urutan pendaftaran mereka,” ucap dr Cynthia Wijaya, koordinator tim pendamping isoman. Mereka yang sudah mendaftar perlu menunggu kontak dari pihak RS untuk melakukan asesmen awal.
Cynthia mengatakan, pihaknya juga sedang berusaha menambah tenaga medis untuk pendamping isoman karena membeludaknya permintaan. ”Kalau dengan sekarang ada 3–4 orang di tim, masing-masing sudah menangani 10 orang per hari,” ucapnya. Pendampingan isoman di NH dilakukan sepenuhnya melalui telekonsultasi. Satu pasien bisa membutuhkan waktu 15–30 menit. Maka, satu dokter perlu menyediakan waktu minimal 150 menit atau 2,5 jam. ”Dan, pengecekan kami lakukan dua kali ya, pagi dan sore,” sambung Cynthia.
Siasat telekonsul juga dilakukan tim Medi-Call jika kondisi pasien cukup stabil. Jika ada kondisi khusus, pihaknya menurunkan tim langsung ke rumah pasien. Dalam pendampingan isoman, tim medis dibentuk sesuai kebutuhan masing-masing pasien. ”Paling sederhana memang berdua ya, satu dokter dan satu perawat,” ucap Patrice.
Namun, kondisi khusus bisa saja terjadi. Misalnya, pasien yang isoman bukan hanya satu orang, melainkan satu keluarga. Atau di dalamnya juga terdapat anak bayi. Hal tersebut membutuhkan tim yang lebih besar, bahkan melibatkan bidan untuk penanganan khusus kasus pada bayi.