Matangkan Skenario, Optimistis Bangkit
PEMBATASAN pada PPKM darurat akan sangat memengaruhi pertumbuhan ekonomi RI. Hal itu diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Dia mengungkapkan, perekonomian Indonesia sebenarnya telah mengalami tren pemulihan yang cukup bagus pada April–Mei 2021.
Inflasi inti mulai menunjukkan peningkatan atau turning point peningkatan demand. Indeks keyakinan konsumen pun berada di angka 104,4 dengan kondisi optimistis. Indeks penjualan ritel tumbuh 15,6 persen. Serta konsumsi listrik tumbuh 16,6 persen, termasuk penguatan tren pertumbuhan konsumsi listrik bisnis dan industri.
Tren pemulihan itu menguat hingga pertengahan Juni 2021. Kemudian terkena Covid-19 varian Delta yang masuk pada minggu ketiga dan keempat Juni. Hal itu menunjukkan pengaruhnya pada tingkat konsumsi masyarakat yang mulai terkoreksi. Terutama transportasi, rekreasi, dan pakaian.
Ada dua skenario yang disebutkan, yaitu skenario berat dan moderat. ”Dalam skenario yang relatif optimistis untuk kuartal kedua dengan semua indikator yang terlihat di bulan April, Mei, hingga Juni pertengahan, kita sebetulnya optimistis pertumbuhan bisa di atas 7 persen,” jelas Sri Mulyani dalam webinar Mid Year Economic Outlook, Kamis (8/7).
”Kita berharap pada minggu ketiga dan keempat Juni tidak memengaruhi sehingga mungkin masih akan bertahan di atas 7 persen,” lanjutnya.
Sementara itu, kuartal III dan kuartal IV masuk skenario berat jika pengetatan mobilitas 30–50 persen dan berlangsung hingga Agustus. Pertumbuhan ekonomi pun bisa turun pada 4–4,6 persen.
Jika penularan Covid-19 bisa terkendali hingga akhir Juni dan normalisasi pada Agustus, skenario moderat dijalankan. Pertumbuhan ekonomi diprediksi bisa menguat ke angka 5 persen pada kuartal III. Dan terus menguat kembali pada kuartal IV.
Dengan dua skenario tersebut, Sri Mulyani memproyeksi pertumbuhan ekonomi tahunan Indonesia berada di kisaran 3,7 persen hingga 4,5 persen.
Dalam kesempatan yang sama, Sri Mulyani juga memaparkan tiga strategi pemerintah dalam menjaga stabilitas politik dan ekonomi. Yakni, signaling (membuat policy), leadership (extraordinary policy), dan action (penyaluran program stimulus dari perubahan APBN untuk mengatasi Covid-19 dan pemulihan ekonomi).
”Kita harus selalu seimbang antara kesehatan, sosial, ekonomi, dan keuangan. Kita juga harus bekerja sama, tidak mungkin masing-masing, pemerintah, antarlembaga, dan masyarakat,” ujar Sri Mulyani.