Nakes Terbatas, Belum Dirikan RS Darurat
Gedung Lama Puskesmas Sedati Jadi Tempat Isolasi
SIDOARJO, Jawa Pos – Karena kapasitas rumah sakit terbatas, tak semua warga yang terpapar Covid-19 bisa dirawat. Padahal, mereka memiliki gejala yang cukup berat. Selain itu, tak semua yang bergejala ringan hingga sedang terbantu pemerintah karena jumlah tempat isolasi tak mencukupi. Mereka harus bertahan sendiri di rumah dengan peralatan seadanya.
Salah seorang warga, sebut saja Rere, terpaksa menjalani isolasi di rumah. Padahal, gejalanya cukup berat. Dia harus menggunakan oksigen untuk membantu pernapasan. ”Sudah wira-wiri ke rumah sakit, tapi ditolak. Sudah penuh,” ucapnya.
Keluarga memutuskan melakukan perawatan di rumah dan membeli tabung oksigen untuk membantu pernapasan. Rere pun ditangani dokter secara mandiri.
Cerita serupa dialami banyak warga. Namun, tidak semua beruntung bisa membiayai perawatan sendiri. Karena itu, muncul usulan agar Pemkab Sidoarjo mendirikan rumah sakit darurat.
Ketua Panitia Kerja Penanganan Covid-19 DPRD Sidoarjo Choirul Hidayat mengakui, memang kondisi rumah sakit sudah penuh. Bahkan, tetangganya di Desa Lebo meninggal di ambulans lantaran lama mencari rumah sakit. ”Kalau memang mendesak, RS darurat dibutuhkan,” ujar pria yang akrab disapa Dayat tersebut.
Sementara itu, Wakil Bupati Subandi menyatakan bahwa rumah sakit darurat bisa saja dibuat. Namun, tak sesederhana itu. ”Anggarannya mampu, beli bed-nya bisa, tapi masalah utamanya adalah tenaga kesehatannya sangat terbatas,” ungkapnya.
Mereka sudah bertugas di rumahrumah sakit rujukan Covid-19. Belum lagi, mereka juga ditugaskan untuk percepatan vaksinasi.
”Sebanyak 10 ribu vaksinasi per hari. Karena nakes terbatas, kami juga libatkan pihak lain seperti Arhanud yang besok (hari ini, Red) membantu vaksinasi di Gedangan,” jelas Subandi.
Selain terbatasnya nakes, Subandi mengungkapkan bahwa banyak tenaga kesehatan yang juga terinfeksi Covid-19. ”Di Sedati saja, ada 15 tenaga kesehatan yang dirawat. Kepala Puskesmas Sedati Pak Fauzi juga terjangkit Covid-19,” kata Subandi.
Pemkab Sidoarjo juga berupaya menambah bantuan nakes dengan melibatkan mahasiswa dan mahasiswi kesehatan. Baik keperawatan, kebidanan, maupun lainnya. Namun, pelibatan tersebut terbatas. ”Tidak boleh menangani kalau belum tersertifikasi karena menyangkut keselamatan masyarakat,” tegasnya.
Tenaga kesehatan yang terlibat harus sudah teruji. Meski begitu, pihaknya berkomitmen untuk percepatan penanganan Covid-19. Bahkan, pihaknya mengoptimalkan tenaga maupun anggaran yang ada di desa. ”Desa bisa membantu pasien yang isolasi mandiri,” tuturnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinkes Sidoarjo Zuhaida menuturkan bahwa pihaknya telah menyediakan ruang isolasi mandiri baru di gedung lama Puskesmas Sedati yang selama ini kosong. Kapasitasnya mencapai 70 orang. Hari ini tempat tersebut resmi beroperasi. Meski, kapasitas gedung masih jauh dari jumlah warga positif Covid-19 dan butuh tempat isolasi. Sementara, belum ada rencana untuk menambah ruang isolasi lagi. ”Tidak ada rencana (membuka ruang isolasi) di mal pelayanan publik (MPP),” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Sidoarjo dr Abdillah Segaf Al Hadad.