Jawa Pos

Jangan Tunda Vaksinasi Berbayar

-

SAYANG sekali. Saat akan dimulai kemarin (12/7), pelaksanaa­n vaksinasi berbayar malah ditunda. Kimia Farma, yang ditunjuk pemerintah untuk mendistrib­usikan vaksin Sinopharm itu, tak menyebut kapan akan dimulai.

Padahal, ini langkah baik untuk mempercepa­t vaksinasi Covid-19. Warga yang ingin mendapatka­n akses vaksinasi di luar antrean vaksinasi gratis bisa punya pilihan berbayar. Yang penting, program vaksinasi gratis tetap ada dan terus diperluas.

Penentuan harga suntik vaksin Rp 879.140 per dua dosis cukup wajar. Bandingkan dengan sekali tes PCR (sekitar Rp 1 juta) atau tes antigen (sekitar Rp 200 ribu). Apalagi, kebermanfa­atan vaksin jauh lebih besar karena membentuk perisai tubuh melawan Covid-19.

Bagaimanap­un, vaksinasi adalah pilihan terbaik saat ini selain prokes ketat. Memang ada kasus orang-orang yang divaksin masih terjangkit, bahkan meninggal. Namun, kasuskasus itu sangat sedikit jika dibandingk­an dengan berjuta-juta orang yang sudah divaksin.

Kemenkes menyebut sampai 9 Juli sudah menyuntikk­an 50,6 juta vaksin. Meliputi 35,8 juta orang penerima dosis pertama dan 14,9 juta dosis kedua. Beberapa studi menyebut, apabila tidak divaksin, tingkat keterpapar­an, masuk rumah sakit, bahkan meninggal jauh lebih tinggi.

Memang ada kritik karena Presiden Jokowi menggratis­kan vaksin Covid-19. Namun, permintaan agar ada vaksinasi yang bisa diakses lebih cepat makin meningkat. Seiring makin bahayanya Covid-19. Maka, perubahan kebijakan dengan menyediaka­n vaksinasi berbayar sangat rasional.

Langkah itu juga mengoreksi program vaksinasi gotong royong yang dibebankan ke pengusaha. Selain alokasinya tidak jelas, rata-rata pengusaha sedang kesulitan. Mereka harus membayar vaksin karena tak boleh membebanka­n kepada karyawan.

Dengan penyediaan vaksinasi berbayar individu, sebenarnya ada aspek keadilan. Sebab, yang mampu membayar bisa mengakses vaksin itu. Jatah vaksinasi gratis bisa dipriorita­skan untuk antrean mereka yang tidak punya kemampuan (dan kemauan) membayar.

Apabila jumlah pengguna vaksinasi berbayar ini jutaan orang, anggaran vaksin bisa dihemat. Lalu mengalokas­ikan penghemata­n itu untuk memperluas vaksinasi gratis atau keperluan penanganan Covid-19 yang lain. Ini juga bentuk gotong royong. (*)

 ?? ILUSTRASI: BAGUS/JAWA POS ??
ILUSTRASI: BAGUS/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia