Jawa Pos

Komoditas Penyumbang Surplus Tidak Industrial Linkage

-

JAKARTA, Jawa Pos – Neraca perdaganga­n RI pada Juni 2021 kembali surplus. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca dagang sebesar USD 1,32 miliar. Surplus itu merupakan capaian ke-14 kali secara berturut-turut sejak Mei 2020.

’’Surplus ini menggembir­akan, tercatat sejak Mei 2020 sampai Juni 2021,” ujar Kepala BPS Margo Yuwono kemarin (15/7). Dia memerinci, pada bulan lalu ekspor RI mencapai USD 18,55 miliar. Melonjak 54,46 persen year-on-year (YoY). Meski tercatat melambat, angka tersebut merupakan rekor tertinggi sejak Agustus 2011 atau nyaris 10 tahun.

Kemudian, nilai impor USD 17,23 miliar, melesat 60,12 persen. Walaupun impor naik, itu adalah capaian yang baik.

Ketua Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sutrisno Iwantono menuturkan, surplusnya neraca dagang memberikan indikasi bahwa ekonomi global mulai membaik. Hanya saja, situasi dalam negeri tidak sebaik dibanding situasi global tersebut. ”Di dalam negeri boleh dibilang masih macet akibat lonjakan kasus Covid-19 sejak pascaLebar­an,” ungkapnya kepada Jawa Pos tadi malam.

Indikasi lain juga terlihat dari komoditas penyumbang surplus terbesar berasal dari lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, dan besi baja. Mereka berbasis alam yang kurang memiliki industrial linkage. ”Sehingga tidak sertamerta bisa mengungkit pertumbuha­n sektor lain,” tuturnya.

Beda halnya jika ekspor berasal dari manufaktur­ing. Sektor yang memiliki multiplier effect terhadap pertumbuha­n sektor lain. Termasuk, penciptaan tenaga kerja. ”Beberapa bulan ke depan kita masih perlu sangat hati-hati, pekerjaan rumah kita adalah menumbuhka­n sektor dalam negeri yang saat ini mati suri,” katanya.

Tantangan selanjutny­a adalah masalah penurunan biaya. Saat ini penjualan sedang anjlok, jika ongkos produksi tidak bisa diturunkan, pasti ambruk bisnisnya. ”Karena itu, kita minta agar beban-beban biaya dilonggark­an oleh pemerintah. Misalnya, perpajakan dengan segala jenisnya, biaya listrik, pungutan-pungutan tenaga kerja, dan dimudahkan berbagai perizinan.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia