Cegah Antraks, Periksa Hewan Kurban
Pemantauan hingga Mendekati Idul Adha
SURABAYA, Jawa Pos – Sampai di lokasi penjualan hewan kurban di Jalan Mayjen Sungkono, drh Gagat Rehino segera bersiap. Kasi pengembangan usaha peternakan dinas ketahanan pangan dan pertanian (DKPP) itu melinting jaketnya. Bergegas dia mengecek kesehatan sejumlah sapi yang diperdagangkan.
Salah satu yang diperiksa adalah sapi jenis brahman cross. Dia memelototi sejumlah bagian tubuh hewan itu. Pertama selaput mata. Jika selaput mata berwarna merah muda, hewan ternak tersebut dipastikan sehat.
Pemeriksaan berlanjut pada bagian hidung. Tangan Gagat mengusap indra pembau sapi. ’’Kalau dipegang basah, berarti sehat,’’ paparnya.
Berikutnya bagian gigi. Pasalnya, salah satu syarat menjadi hewan kurban, ada sejumlah gigi yang sudah berganti atau tanggal. Kondisi itu kerap disebut poel.
Kotoran hewan juga dipantau. Sapi dan kambing yang sehat bisa dilihat dari hasil pencernaan. Ketika feses encer, hewan tersebut sangat mungkin terpapar penyakit.
Bukan hanya fisik yang dipelototi. Gagat juga melihat perilaku sapi serta kambing tersebut. Sebab, salah satu tanda hewan yang sehat adalah timbul reaksi ketika didekati.
Di tempat itu, Gagat menemukan sapi dari Lamongan yang nafsu makannya kurang. Salah satu pemicunya, hewan itu terus-menerus terpapar terik matahari. Sama seperti manusia, hewan tersebut mengalami dehidrasi.
Ya, menjelang Idul Adha, pemantauan hewan kurban terus dilakukan. DKPP menyebar sejumlah tim. Satu regu beranggota dua orang. Tugas tim itu melakukan pemeriksaan hewan kurban.
Kepala DKPP Yuniarto Herlambang menjelaskan, pemantauan hewan kurban sangat dibutuhkan. Sebab, pemkot berupaya mencegah timbulnya penyakit yang disebabkan sapi dan kambing. Salah satunya penyakit antraks.
Herlambang mengatakan, DKPP telah mengeluarkan imbauan. Penjual hewan kurban harus melaporkan asal sapi dan kambing. ’’Kami menolak jika hewan kurban itu berasal dari wilayah antraks,’’ paparnya.