Jawa Pos

Saatnya Beradaptas­i: Disiplin dan Taat Prokes

-

SUDAH satu tahun lebih virus korona merebak di Kota Pahlawan. Ribuan warga terpapar Covid-19. Tidak sedikit pula yang tutup usia. Beragam perlawanan yang dilakukan belum mampu membendung wabah penyakit dari Tiongkok itu.

Tentu tenaga para pejuang Covid-19 bisa habis. Dokter, perawat, serta relawan memiliki keterbatas­an. Namun, api semangat tidak boleh padam.

Di sejumlah negara, pendudukny­a mulai berusaha ”akrab’’ dengan Covid-19. Mereka hidup berdamping­an dengan penyakit mematikan itu. Meski, ada sejumlah risiko, asal tetap disiplin serta patuh protokol kesehatan (prokes).

Bagaimana di Indonesia atau khususnya Surabaya? Perwakilan IDI Surabaya dr Meivy Isnoviana menjelaska­n, sejatinya gagasan hidup berdamping­an dengan Covid-19 bisa dilakukan. ’’Sangat bisa. Namun, dengan sejumlah catatan,’’ ucapnya kemarin (16/7).

Menurut Meivy, hidup berdamping­an dengan virus korona tidak mudah. Yang paling utama, warga harus disiplin bahwa Covid-19 masih ada. Kedua, prokes tetap menjadi pegangan utama. Misalnya, menjaga jarak, mencuci tangan, serta memakai masker. ’’Kuncinya awareness,’’ tuturnya.

Ya, kesadaran adalah yang utama. Dengan pemahaman yang utuh, warga mengerti bahaya korona. Dengan penjelasan yang gamblang, masyarakat mendapatka­n edukasi bahwa prokes tetap harus berjalan.

Dari telaah Meivy, warga sejatinya sudah memahami bahaya virus korona. Namun, mereka masih abai dengan prokes. Contoh kecilnya saat penerapan PPKM darurat saat ini. Dia masih melihat warung makan dan warung kopi (warkop) yang dipenuhi warga. ’’Memang masih buka, tapi harus bungkus,’’ jelasnya.

Inti PPKM adalah membatasi mobilitas. Sebab dengan cara itu, virus korona tidak bisa menemukan tubuh baru. Alhasil, persebaran Covid-19 bisa ditekan.

Kemudian, testing, tracing, serta treatment (3T) digalakkan. Yang positif dikarantin­a, lantas diobati. Yang tidak terpapar segera divaksin.

Meivy mengatakan, dari penelitian, saat ini virus telah bermutasi. Virus korona Wuhan menjadi varian Delta. Daya gempurnya jauh lebih ganas.

Mutasi itu berawal dari pertemuan antarorang. Virus seketika bisa berpindah tubuh. Di dalam induk yang baru, penyakit mengalami perubahan.

Varian Delta memang lebih garang jika dibandingk­an dengan awal virus korona muncul. Dulu, satu orang yang terpapar bisa menulari satu orang. Kini satu orang terinfeksi varian Delta bisa menyerang hingga delapan orang. ”Intinya, PPKM darurat membatasi mobilitas,’’ tegasnya.

Selain disiplin, langkah lain dibutuhkan agar warga bisa hidup berdamping­an dengan virus korona. Yaitu, percepatan vaksinasi.

Minimal dalam satu wilayah, 70 persen warga telah divaksin. Tercapai kekebalan komunal atau herd immunity. Vaksin menjadi zat yang memperkuat antibodi. Dengan begitu, virus korona tidak gampang mengamuk.

Meski telah divaksin, tidak serta-merta bisa secepatnya berdamping­an dengan korona, tetapi perlahan. Prokes dan disiplin harus tetap ketat.

Yang tidak kalah penting adalah antibodi. Pertahanan tubuh harus maksimal. Meivy menuturkan, pada masa pandemi, warga harus terus menyiapkan senjata tersebut. Misalnya, vitamin, buah-buahan, susu, serta makanan yang kaya gizi.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia