Jawa Pos

MENGHILANG KETIKA TENGAH BERADA DI PUNCAK

Masa-masa jaya, menghilang secara misterius, dan mengapa mantan kiper nomor satu Indonesia itu demikian menutup diri untuk sakit yang dia alami.

-

45 Menit Pertama

YANUAR Hermansyah sempat bingung dan canggung ketika kali pertama menangani Kurnia Meiga. Pendiam serta tampak angkuh. Dan, saat Yanuar bergabung sebagai pelatih kiper Arema pada 2016 itu, penjaga gawang kelahiran Jakarta tersebut juga sudah dua kali mengantark­an timnas U-23 ke final SEA Games dan menjadi pilihan utama di Arema Cronus.

Tapi, kesan dari luar itu ternyata menipunya. ”Ketika sudah akrab, Meiga itu baik sekali. Enak diajak kerja sama,” bebernya kepada

’’Mencetak kiper dengan program apa pun sulit menyamai Meiga.”

’’Dia (Meiga) sudah berada di puncaknya ketika itu walau belum bisa bawa piala ke Indonesia.”

’’Saya lebih senior empat tahun dari dia. Tapi, harus saya akui Meiga itu punya kecepatan refleks luar biasa.” ”Kondisinya sekarang memang fungsi penglihata­n dia (Meiga) sedang terganggu. Jadi, tidak bisa bermain bola lagi.”

Bahkan, tak cuma di dalam lapangan mereka dekat. ”Saya sering diajak ke rumahnya di Malang. Kan dia hanya tinggal sama istrinya. Sering ngobrol banyak,” ungkap pelatih kiper yang kini bergabung di RANS Cilegon FC tersebut.

Dwi Kuswanto, kiper kedua Arema Cronus ketika itu, juga termasuk yang sering diajak Meiga dolan ke rumah. ”Dia sering masak di mes. Saya juga sering diajak bakar-bakar ikan di rumahnya. Asyik pokoke areke,” kata Dwi yang kini membela Persela Lamongan.

Tapi, begitu masuk lapangan, baik untuk latihan, apalagi pertanding­an, jangan cobacoba ganggu dia. Meiga langsung berubah 180 derajat. ”Fokus terus,” ujarnya.

Bahkan, kadang Meiga sangat emosional kala mengatur pertahanan di depannya. Kadang juga bisa tampak provokatif di mata pemain dan suporter lawan.

Tapi, barangkali itu salah satu harga yang harus dibayar untuk apa yang dia capai. Kerja samanya dengan Yanuar juga membuat Meiga semakin kukuh sebagai kiper nomor satu Indonesia. Jebolan Diklat Ragunan itu melewati Torabika Soccer Championsh­ip (TSC) 2016 dengan catatan 18 kali nirbobol. Di akhir tahun, kiper kelahiran 7 Mei 1990 tersebut berperan besar pula membawa timnas lolos ke final Piala AFF.

”Saya lebih senior empat tahun dari dia. Tapi, harus saya akui Meiga itu punya kecepatan refleks luar biasa,” kata Dwi.

Di mata Yanuar, Meiga memang sudah terlahir sebagai kiper. Kecepatan refleks, kemampuan membaca permainan, hingga keberanian keluar dari gawang tiada tanding. ”Mencetak kiper dengan program apa pun sulit menyamai Meiga,” katanya.

45 Menit Kedua

Menjelang laga perdana Piala AFF 2016 melawan Thailand. Alfred Riedl bertanya kepada Gatot Prasetyo siapa kiper yang layak menjadi starter.

”Berdasar analisis rekaman video dan hasil TC (training center), saya sebut Andritany Ardhiyasa,” tutur Gatot yang ketika itu menjadi pelatih kiper skuad Garuda –julukan timnas Indonesia– kepada Jawa Pos.

Ada dua kiper lain di timnas ketika itu: Kurnia Meiga dan Teja Paku Alam. Teja memang disiapkan sebagai backup. Pilihan kiper utama dari awal antara Kurnia dan Andritany. Gatot memilih Andritany karena Meiga sejatinya mengawali TC dari posisi cedera parah di otot kanan selangkang­annya.

Bahkan, awalnya dia tidak dipanggil karena cederanya itu. Dan, karena alasan cedera yang dialami saat membela Arema di TSC itu pula Meiga sempat menolak dipanggil ketika Riedl, sang pelatih kepala, meminta namanya tetap dimasukkan.

”Akhirnya Meiga datang dan saya konsultasi lagi dengan dokter timnas. Sesudah dicek, dia boleh ikut latihan, tapi sambil duduk. Karena otot selangkang­an kanannya masih parah,” jelasnya.

Dan, demikianla­h, di pekan pertama Gatot benar-benar melatih Meiga sambil duduk. Sesi latihan itu dilakukan setelah memberikan program kepada kiper timnas lainnya. Jadi, di waktu khusus.

Pekan kedua, mantan kiper Persijap Jepara tersebut sudah bisa jalan. Tapi, tetap saja belum mampu latihan normal. ”Hanya bisa berdiri lurus. Tangkap bola lurus saja,” tambahnya.

Tibalah saat Riedl mengumumka­n siapa saja yang akan menjadi starter melawan Thailand. Tak seperti yang direko-mendasikan Gatot, pelatih asal Austria itu memilih Meiga ketimbang Andritany. ”Riedl memanggil nama Meiga sambil lihat saya. Saya pasrah dan ikut apa kata dia,” kenangnya.

Meiga pun bermain. Timnas memang kalah di pertanding­an perdana tersebut, tapi permainan kiper yang berseragam Arema FC sejak usia 19 tahun itu cukup memuaskan.

Dalam dua laga semifinal melawan Vietnam, Meiga tampil heroik. Terutama di second leg. Vietnam yang mendominas­i permainan tercatat melepaskan 27 tembakan sepanjang 120 menit dalam laga tersebut, 7 di antaranya on target.

Di bawah tekanan puluhan ribu suporter tuan rumah, Meiga hanya kebobolan dua kali. Indonesia yang menang 2-1 di leg pertama akhirnya lolos ke final dengan agregat 4-3.

Sayangnya, di final justru Garuda yang kalah agregat. ”Tapi, lihat mainnya Meiga, bisa menepis tendangan penalti saat away di Thailand. Dia sudah berada di puncaknya ketika itu walau belum bisa bawa piala ke Indonesia,” terang Gatot.

Itu final keempat Meiga bersama timnas kelompok umur dan senior di berbagai ajang. Dia kiper utama di timnas U-23 yang melaju sampai babak puncak di SEA Games 2011 dan 2013 serta di Islamic Solidarity Games.

Semua berakhir tanpa trofi. Tapi, di pengujung 2016 itu, dalam usia yang baru 25 tahun, tak ada yang bisa membantah bahwa dialah kiper nomor satu Indonesia.

Selepas Piala AFF yang berlangsun­g pada 19 November–17 Desember 2016, Gatot kehilangan kontak dengan Meiga. Karena itu, mantan kiper Persib Bandung tersebut kaget sekali ketika di pertengaha­n Liga 1 musim 2017 mendengar Meiga mengalami gangguan penglihata­n. ”Dia tidak pernah cerita apa pun saat di timnas. Saya juga ingat tidak ada cedera lain saat itu yang mengganggu penglihata­nnya,” ungkapnya.

30 Menit Perpanjang­an Waktu

Kabar itu melegakan Yanuar. Meiga mengabarka­n siap berlatih lagi. ”Besok latihan, Pak. Iki wes enakan, wes dikeroki sama istri saya,” ucap Meiga melalui pesan di ponsel ketika itu, saat Liga 1 musim 2017 menyisakan 11 laga lagi.

Adik kandung mantan kiper Arema Ahmad Kurniawan tersebut memang sempat izin tidak ikut latihan beberapa hari sesudah lawatan Arema FC, nama yang dipakai Arema sejak Liga 1 2017, ke markas Barito Putera di Stadion 17 Mei, Banjarmasi­n. Alasannya masuk angin.

Yanuar sempat curiga sebenarnya. Jika hanya masuk angin, kenapa Meiga izin lumayan lama. Tapi, kecurigaan itu kalah dengan kelegaan mendapat kabar Meiga bisa balik lagi.

Namun, Meiga ternyata tidak pernah balik lagi. Tidak untuk latihan, apalagi untuk pertanding­an. Baik di klub maupun timnas. Bahkan, sekadar muncul di hadapan publik pun tidak pernah. Mulai pertengaha­n musim itu sampai sekarang.

Jawa Pos pernah mencoba menyambang­i Meiga di kediaman keluargany­a di Jakarta pada awal tahun lalu. Tapi, seseorang yang menolak menyebut apakah dia anggota keluarga atau tidak mengatakan bahwa Meiga tidak ada di tempat.

Pesan Jawa Pos melalui WhatsApp yang dikirim Kamis lalu (15/7) baru berbalas kemarin sore. Itu pun akhirnya Meiga mengalihka­n ke nomor lain yang disebutnya sebagai ”tim saya”. Tapi, pesan Jawa Pos ke nomor yang disebut tadi tak berbalas hingga berita ini selesai ditulis tadi malam.

Yanuar mengaku tidak tahu persis apa sesungguhn­ya sakit yang dialami mantan anak buahnya itu. Juga mengapa dia sangat menutup diri.

Seperti Gatot, dia hanya mendengar bahwa Meiga mengalami gangguan penglihata­n. Ada beberapa versi lain yang berseliwer­an tentang sakit yang dialami kiper berambut lurus tersebut. Tapi, jawaban yang kurang lebih sama dengan Gatot juga didapat Jawa Pos dari beberapa kolega Meiga sesama pesepak bola.

Bayu Gatra, kawan dekat Meiga selama membela timnas, juga mengaku tidak tahu kondisi rekannya itu sekarang. ”Saya kaget waktu pertama dengar dia sakit. Hanya bisa berdoa semoga dia segera sembuh,” kata pemain Madura United tersebut.

Di Arema, keinginan melihat Meiga lagi tak pernah luntur. Presiden klub berjuluk Singo Edan tersebut, Gilang Widya Pramana, mengakui hampir sebagian besar Aremania ingin mantan kiper pujaan mereka tersebut kembali ke tengahteng­ah mereka.

Gilang tentu juga mengingink­an itu. Setidaknya Meiga bisa kembali masuk jajaran manajemen klub yang berbasis di Malang tersebut.

Sebab, untuk kembali mengawal gawang, Gilang menyebut itu sulit diwujudkan. ”Kondisinya sekarang memang fungsi penglihata­n dia sedang terganggu. Jadi, tidak bisa bermain bola lagi,” ujarnya.

Dan, itulah salah satu yang masih disesali Yanuar sampai sekarang: dia tidak langsung menemui Meiga ketika anak buahnya itu kali pertama izin sakit. Dia berandai-andai, kalau itu dilakukan, mungkin ada yang bisa dibantu. Dengan begitu, karier Meiga bisa melampaui ”waktu normal” 90 menit, lanjut ke ”perpanjang­an waktu” jika diperlukan.

”Untuk membela Arema, membela Indonesia,” katanya.

 ?? HENDRA EKA/JAWA POS ??
HENDRA EKA/JAWA POS
 ?? DOK/JAWA POS RADAR MALANG ?? DIRINDUKAN AREMANIA: Kurnia Meiga semasa membela Arema FC. Banyak Aremania yang masih berharap dia balik.
DOK/JAWA POS RADAR MALANG DIRINDUKAN AREMANIA: Kurnia Meiga semasa membela Arema FC. Banyak Aremania yang masih berharap dia balik.
 ??  ?? YANUAR HERMANSYAH
Mantan pelatih kiper Arema FC
YANUAR HERMANSYAH Mantan pelatih kiper Arema FC
 ??  ?? DWI KUSWANTO
Mantan kiper Arema FC, kini kiper Persela Lamongan
DWI KUSWANTO Mantan kiper Arema FC, kini kiper Persela Lamongan
 ??  ?? GATOT PRASETYO
Pelatih kiper timnas Piala AFF 2016
GATOT PRASETYO Pelatih kiper timnas Piala AFF 2016
 ??  ?? GILANG WIDYA PRAMANA
Presiden Arema FC
GILANG WIDYA PRAMANA Presiden Arema FC

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia