Sinovac di Jakarta, Johnson & Johnson di LA
Bobby Arifin sangat sering bepergian. Dalam setahun, dia sedikitnya enam kali bolak-balik ke luar negeri untuk menyaksikan sekaligus meliput event olahraga kelas wahid. Mulai Formula 1 sampai Liga Basket NBA. Maka, vaksin menjadi tameng pertama kontributor Jawa Pos itu untuk bisa tetap menjalankan kesibukannya.
SAYA termasuk orang yang percaya bahwa virus SARS-CoV-2 yang menjangkitkan Covid-19 itu nyata adanya. Puluhan tahun berkarier di bidang TI (teknologi informasi) membuat saya akrab dengan berbagai macam virus. Yang saya maksud adalah virus perusak sistem kerja komputer.
Maka, ketika virus korona memantik pandemi, tidak perlu nalar yang njelimet bagi saya untuk segera menangkisnya. Apa pun namanya, dari mana pun asalnya, namanya virus pastilah berbahaya.
Saya butuh penangkal virus yang paten untuk melindungi diri saya, keluarga, dan orang-orang di sekitar saya. Begitu Amerika Serikat (AS) meluncurkan vaksin Pfizer dan Moderna, saya langsung mempelajari prosedur untuk mendapatkannya. Saya bergerilya mulai akhir Desember 2020. Semua teman di AS –baik dokter dan tenaga kesehatan maupun yang bukan– saya hubungi. Nihil. Di sana, dua jenis vaksin itu hanya tersedia untuk warga negara Amerika.
Bersamaan dengan itu, kabar baik tersiar di tanah air. Karena sudah masuk kategori lanjut usia (lansia), saya mendapatkan prioritas vaksin. Syukurlah! Tapi, waktu itu ternyata mendaftarnya harus muter-muter. Apesnya, sampai mumet pun saya nggak kebagian.
Akhirnya dengan gaya Bonek, saya go show ke puskesmas di dekat rumah. Ndilalah dapat jatah untuk 23 Februari 2021. Selanjutnya, dosis kedua vaksin saya terima pada 22 Maret 2021.
Tapi, ternyata saya memang berjodoh dengan vaksin luar negeri. Di Los Angeles, kota yang menjadi lokasi peliputan NBA untuk Jawa Pos, saya mendapatkan tawaran untuk divaksin lagi.
Berbekal SIM California, saya bikin akun pada salah satu provider jaminan kesehatan di AS. Saya kemudian mengatur jadwal vaksin dan memilih sendiri jenis vaksinnya. Nomor SIM California menjadi tiket vaksinasi saya di Los Angeles.
Saya pun memilih 8 April sebagai hari vaksinasi. Tepat pukul 14.00 waktu setempat, saya menerima suntikan di lapangan Los Angeles Fire Department. Jenis vaksin yang saya pilih? Johnson & Johnson. Mengapa? Karena hanya butuh satu dosis.
Pengalaman yang menyenangkan itu tidak akan pernah saya lupakan. Bagaimana tidak. Hari itu, Wali Kota Los Angeles Eric Garcetti tiba-tiba masuk frame saat saya hendak mengabadikan momen vaksinasi di luar negeri. Di belakang saya, dia bergeser ke kiri dan ke kanan, hanya untuk memastikan bahwa dia menjadi latar dalam foto saya.
”Sorry I photo-bombed you,” katanya. Waaaah… Saya sampai tidak bisa berkata-kata saking senangnya. ”Thank you Mr Mayor. Thank you Los Angeles!’’