Jawa Pos

Jadi Backup saat Cuti Bayar Premi

Unit link merupakan salah satu produk asuransi yang paling digandrung­i masyarakat. Bukan hanya sebagai proteksi, tetapi juga dikombinas­ikan dengan produk investasi. Calon nasabah sebaiknya lebih dahulu membanding­kan mana yang lebih baik. Satu paket berupa

-

DENGAN kelebihan proteksi sekaligus investasi, tak heran banyak konsumen yang tertarik membeli produk unit link daripada asuransi tradisiona­l yang fokus menjual proteksi. Merujuk data OJK, dalam 10 tahun terakhir, unit link telah tumbuh 10 ribu persen. Sedangkan, konvension­al hanya tumbuh 380 persen. Namun, konsumen sebaiknya jangan terburubur­u terbuai dengan iming-iming kombinasi investasi dan proteksi dalam satu produk. Sebab, seperti instrumen investasi lainnya, unit link juga tidak bebas risiko. Salah satunya penurunan nilai investasi.

Selain itu, kata Head of Advisory Finansialk­u.com Roby Christiy, konsumen tidak dapat melacak ke mana dananya diinvestas­ikan. Juga, biaya apa saja yang harus dikeluarka­n menyusul pilihan investasi tersebut. Itulah yang membedakan unit link dengan reksa dana. ’’Produk unit link juga kurang memberikan keleluasaa­n kepada nasabah untuk menghentik­an investasin­ya,” tuturnya.

Hal tersebut terbukti saat pandemi terjadi. Banyak nasabah yang protes karena proyeksi keuntungan tak sesuai. Bahkan, beberapa di antara mereka mengalami kerugian. Itu disebabkan pasar saham dan instrumen investasi lainnya sedang mengalami penurunan. ’’Pasar turun, nasabah tidak bisa menarik dananya,” katanya.

Investasi dalam unit link juga tidak menghasilk­an pertumbuha­n yang optimal jika kita bandingkan dengan produk investasi terpisah. Misalnya, reksa dana. Mengapa hal itu dapat terjadi? Biaya yang tinggi adalah jawabannya. ’’Jangan berharap akan meraih investasi optimal di lima tahun pertama. Pasalnya, di periode tersebut, hasil investasi kita akan dikurangi dengan biaya akuisisi,” ujarnya.

Menurut Roby, unit link sebenarnya juga punya beberapa sisi positif. Pertama, premi yang tidak naik seiring waktu. Selama jangka waktu yang ditentukan, nasabah hanya perlu membayar sesuai kesepakata­n.

Di sisi lain, nilai premi asuransi konvension­al bakal meningkat seiring dengan usia dan riwayat penyakit nasabah. ’’Misalnya, beli asuransi kesehatan umur 30 tahun. Lalu, Anda klaim di tahun itu untuk penyakit kronis. Pastinya nilai premi bakal melonjak drastis,’’ jelasnya.

Financial Coach Ian Rennasa juga menambahka­n, keunggulan unit link adalah fitur cuti premi.

Aset yang diputar di instrumen investasi bisa digunakan untuk membayar iuran premi saat nasabah tidak punya kemampuan membayar. ’’Misalnya, kita tiba-tiba di-PHK. Kita masih punya cadangan beberapa bulan untuk tak memikirkan iuran asuransi tersebut,” jelas pendiri Fingram Indonesia itu.

Namun, lanjut dia, biaya premi unit link jauh lebih mahal daripada asuransi konvension­al. Menurut Ian, tabungan untuk masa depan bisa dikelola sendiri melalui berbagai instrumen investasi. Asuransi sudah seharusnya digunakan sebagai produk proteksi. Itu juga sesuai kebutuhan personal. Mulai asuransi jiwa, asuransi kesehatan, hingga asuransi kerugian.

Dia juga memberikan tips kepada calon nasabah unit link. Yakni, pelajari dengan saksama ilustrasi produk yang dibuat oleh agen. Jangan ragu sedikit pun untuk menanyakan jika merasa kurang jelas atau tidak paham. Pastikan juga agen memiliki lisensi atau sertifikat sebagai agen penjual unit link yang dikeluarka­n Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI). Hanya agen yang memiliki sertifikat itulah yang berhak menawarkan produk unit link kepada konsumen. - Pilih jenis produk yang

sesuai dengan profil pribadi. - Pahami ke mana aset

investasi bakal diputar.

- Cari tahu dua hingga tiga produk berbeda sebagai pembanding. - Manfaatkan cuti premi

sebagai benefit terbesar. - Pastikan agen memiliki lisensi atau sertifikat sebagai agen penjual unit link yang dikeluarka­n Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI). - Cermati komponen biaya yang diberlakuk­an perusahaan asuransi.

Selain itu, cermati komponen biaya yang diberlakuk­an perusahaan asuransi penerbit unit link. Sebagai gambaran, jika membeli reksa dana langsung ke manajer investasi, akan dikutip fee pengelolaa­n dana sekitar 2 persen. Maka, ketika membeli unit link dari perusahaan asuransi, logikanya akan dikenakan fee dua kali. Yaitu, membayar perusahaan asuransi dan membayar manajer investasi.

Sebelum membeli, ada baiknya calon nasabah mengenali lebih dulu jenis-jenis unit link yang ada di pasar. ’’Mengetahui perbedaan karakteris­tik, bisa menyesuaik­an produk yang paling sesuai dengan kebutuhan dan profil pribadi nasabah,” tuturnya.

Di laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK) disebutkan ada empat jenis. Pertama, cash fund unit link atau unit link pasar uang. Biasanya, perusahaan asuransi penerbit menempatka­n portofolio investasi nasabahnya 100 persen pada instrumen pasar uang. Mialnya, deposito berjangka, SBI, dan surat utang jangka pendek. Kedua, fixed income unit link atau unit link pendapatan tetap. Lazimnya, komposisi dana investasi nasabah akan difokuskan minimal 80 persen di instrumen obligasi.

Ketiga adalah managed unit link atau unit link pendapatan campuran yang biasanya menempatka­n portfolio pada saham dan obligasi dengan komposisi tertentu. Terakhir adalah equity unit link atau unit link dana saham yang menempatka­n dana nasabah pada saham minimal 80 persen. ’’Jika ingin mendapatka­n keuntungan berinvesta­si secara maksimal bisa mempertimb­angkan unit link ini. Syaratnya, kita harus berani mengambil risiko tinggi. Sebab, nilai investasi yang kita benamkan sangat bergantung pada pergerakan indeks saham,” papar Roby.

 ??  ?? CERMAT MEMILIH: Calon nasabah harus benar-benar memahami produk asuransi unit link yang akan dibelinya. Mulai jenis, biaya, hingga agen asuransiny­a.
CERMAT MEMILIH: Calon nasabah harus benar-benar memahami produk asuransi unit link yang akan dibelinya. Mulai jenis, biaya, hingga agen asuransiny­a.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia