Jawa Pos

Yang Berburu dan Yang Berjuang Mendapatka­n Vaksin

Vaksinasi bak cahaya di ujung kekacauan akibat persebaran virus SARS-CoV-2 di Indonesia. Namun, tidak semua bisa mendapatka­nnya dengan mudah. Sebagian besar harus berburu, bahkan berjuang, demi dua dosis suntikan.

-

NADIRA Diva Vitani adalah ibu muda yang mempriorit­askan kesehatan. Karena itulah, coach fitnes yang banyak membagikan tips kebugaran via YouTube tersebut mengincar vaksin sejak kali pertama kabar vaksinasi tersiar. ”Saya coba berbagai cara,” katanya saat berbincang dengan Jawa Pos pada Jumat sore (16/7).

Diva mengaku mulai mencari informasi untuk mendapatka­n vaksin awal Maret. Menikah dengan pria Amerika Serikat (AS) yang berprofesi guru, dia ngotot harus mendapatka­n vaksin. Sebab, ketika itu pemerintah menjadwalk­an tahun ajaran baru pada Juli untuk sekolah tatap muka. Michael Martin, sang suami, berharap bisa mendapatka­n vaksin komplet sebelum memasuki tahun ajaran baru. ”Suami saya tidak mau kalau saat mengajar itu masih berisiko terkena Covid-19 atau bisa menyebarka­nnya ke murid dan lainnya,” ungkap dia.

Maret itu Diva melihat banyak temannya mendapatka­n vaksin. Ada yang karena lulusan universita­s tertentu atau orang tuanya bekerja di perusahaan tertentu. ”Jadi seperti buat kalangan tertentu saja. Saya dan suami merasa tidak punya celah untuk mendapatka­n vaksin,” jelasnya.

Menyerah? Tentu tidak. Diva lantas mencoba aplikasi Peduli Lindungi. Dia mendaftar di sana agar mendapatka­n vaksin. Sebelumnya ada teman Diva yang mengaku mendapatka­n jatah vaksin dengan mendaftar di situs tersebut. ”Ternyata belum bisa. Masih lama banget jadwal aku untuk mendapatka­n vaksin,” ungkapnya.

Setelah dua kali gagal, kabar baik menghampir­i keluarga kecil Diva. Perusahaan tempat Michael bekerja memberikan jatah vaksin untuk karyawanny­a. Termasuk suami Diva. Ibunda Maddie itu pun bungah. Bayangan bahwa dia dan suami akan mendapatka­n vaksin langsung membuat hari-harinya cerah. Sayang, pada H-1, Diva dan Michael kembali gagal mendapatka­n vaksin. ”Perusahaan dapat informasi bahwa vaksinnya hanya untuk yang KTP Jakarta,” ujarnya.

Juli kian dekat, sekolah tatap muka masih terjadwal, dan Diva tiga kali gagal mendapat vaksin. Putus asa? Monmaap, istri Michael itu bukan tipe yang mudah menyerah.

Bersama suaminya, Diva tidak hanya aktif berburu vaksin di dalam negeri. Mereka juga menghimpun informasi tentang vaksin di Negeri Paman Sam. Maka, saat tiga kali gagal mendapatka­n vaksin di negaranya sendiri, Diva menjajal peruntunga­nnya di negara Michael. ”Saya pertengaha­n Juni ke USA untuk vaksin,” katanya.

Agar tidak gagal lagi, Diva dan Michael mempersiap­kan segala kebutuhan mereka dengan matang. Termasuk isolasi mandiri dulu sebelum bertolak ke AS. ”Biar tidak gagal karena kedapatan positif,” tuturnya.

Berbekal pengalaman tidak menyenangk­an saat berburu vaksin di dalam negeri, Diva pun tidak mau berekspekt­asi tinggi-tinggi. Apalagi, kali ini tema perjalanan­nya ke AS adalah wisata alias jalanjalan. Diva dan Maddie pun berstatus wisatawan.

Begitu tiba di Bandara Internasio­nal Washington Dulles, Negara Bagian Virginia, keluarga kecil Diva langsung mencari farmasi terdekat. Sebab, vaksinasi memang menjadi tujuan utama mereka. Dan mereka juga tahu bahwa hampir semua farmasi di AS menyediaka­n vaksin. ”Kami sudah searching dulu bisa di mana. Kalau perlu booking dulu,” katanya.

Pengalaman memang guru terbaik. Diva sudah mempersiap­kan plan A, plan B, dan serangkaia­n plan lainnya untuk mengantisi­pasi kegagalan. Maka, begitu menginjakk­an kakinya di gerai farmasi salah satu pusat perbelanja­an, Diva terkejut. Dia dan suami ditawari untuk divaksin saat itu juga. ”Kaget. Semudah itu ya,” ucapnya.

Tawaran tenaga kesehatan yang bertugas di gerai farmasi itu pun langsung diiyakan Diva dan Michael. Mereka lantas diminta memilih sendiri vaksin yang dikehendak­i. Moderna, Johnson & Johnson, atau Pfizer. Diva memilih jenis vaksin terakhir. ”Ya karena efikasinya saat itu mencapai 98 persen,” ujarnya.

Dosis pertama sukses. Diva dan Michael dijadwalka­n menerima suntikan kedua pada 4 Juli, bertepatan dengan Hari Kemerdekaa­n AS. Karena hari itu libur nasional, vaksinator mengizinka­n Diva dan Michael memajukan jadwal suntikan menjadi sehari lebih cepat.

Sampai mendapatka­n dosis komplet dua suntikan, Diva masih terkesima pada cara pemerintah AS melindungi warganya dari Covid-19. Bahkan, pendatang pun diberi fasilitas vaksin gratis agar tidak menjadi inang virus. ”Tunjukkan kartu identitas doang. Paspor. Aku terhitungn­ya kan wisatawan, bisa dapat juga,” terangnya. Syukurlah…

”Isolasi mandiri dulu. Biar tidak gagal karena kedapatan positif.” NADIRA DIVA VITANI

 ?? SAVALA DESIGN STUDIO FOR JAWA POS ??
SAVALA DESIGN STUDIO FOR JAWA POS
 ?? NADIRA DIVA FOR JAWA POS ??
NADIRA DIVA FOR JAWA POS
 ?? NADIRA DIVA FOR JAWA POS ?? YANG PERTAMA: Diva dan Michael langsung mendapatka­n vaksin begitu tiba di Amerika Serikat pada pertengaha­n Juni.
NADIRA DIVA FOR JAWA POS YANG PERTAMA: Diva dan Michael langsung mendapatka­n vaksin begitu tiba di Amerika Serikat pada pertengaha­n Juni.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia