Jawa Pos

Kasus Mulai Turun, Penularan Masih Tinggi

Covid-19 Varian Delta Kini Mendominas­i Indonesia Percepat Pengadaan Konsentrat­or, Generator Oksigen, dan RS Keliling

-

JAKARTA, Jawa Pos – Ada kabar cukup melegakan di tengah merebaknya berita duka akibat Covid-19. Beberapa hari belakangan, tren kasus positif korona mulai menunjukka­n penurunan. Tampaknya, pertambaha­n 56.757 kasus positif harian pada 15 Juli lalu merupakan puncak tertinggi dari gelombang pandemi Indonesia periode Juni–Juli.

Setelah 15 Juni, kasus menurun menjadi 54 ribu pada 16 Juli. Lalu, 51.952 kasus pada 17 Juli dan 44.721 kasus pada 18 Juli. Penurunan terendah terjadi kemarin (19/7) dengan 34.257 kasus saja

Menurun hampir 40 persen dari tren pertambaha­n kasus tertinggi. Jumlah kesembuhan pun terpaut tipis dengan total 32.217 kasus kemarin. Meski begitu, kemarin angka kematian juga memecahkan rekor tertinggi dengan 1.338 nyawa melayang.

Meski kasus mulai menurun, tingkat positivity rate di Indonesia masih cukup tinggi. Yakni, berada pada angka 32,37 persen rata-rata harian dan 30,07 persen rata-rata mingguan berdasar data Kemenkes pada 18 Juli pukul 12.00 WIB. Tingginya angka positivity rate ini menunjukka­n masih pesatnya penularan di masyarakat (community transmissi­on).

Guru besar Fakultas Kedokteran Universita­s Indonesia dan mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menuturkan, pemerintah bisa menetapkan kriteria kebijakan pelonggara­n dalam evaluasi PPKM dengan tiga indikator utama yang menjadi patokan selama ini. Yakni, epidemiolo­gi, sistem pengawasan (surveillan­ce), dan sistem pelayanan kesehatan.

Tjandra menjelaska­n, terkait dengan epidemiolo­gi, setidaknya ada dua parameter yang bisa dipilih, yaitu jumlah kasus baru dan angka kepositifa­n (positivity rate). ”Misalnya, pertumbuha­n kasus sudah di bawah 10 ribu per hari. Kemudian, positivity rate sudah setara atau di bawah 5 persen,” jelas Tjandra kemarin (19/7).

Sebagai ilustrasi, kata Tjandra, Malaysia menerapkan kebijakan movement control order (MCO) yang menggunaka­n patokan bahwa kebijakan dapat dilonggark­an kalau jumlah kasus baru per hari kurang dari 4.000 kasus. Untuk angka kepositifa­n, sebaiknya dipakai patokan 5 persen agar menjamin penularan di masyarakat benar-benar sudah rendah. ”Apalagi, banyak negara tetangga kita yang angkanya memang 2 persen atau 3 persen saja, kecuali negara tertentu,” jelasnya.

Kemudian, untuk kriteria surveilans kesehatan masyarakat, ada dua hal yang harus dicapai. Pertama, jumlah tes harus terus dinaikkan dengan amat tinggi. Kedua, kegiatan dilanjutka­n dengan telusur yang masif. Tjandra mencontohk­an, India sudah berhasil melakukan tes kepada sekitar 2 juta orang per hari. Dengan penduduk kita yang sekitar seperempat penduduk India, target melakukan tes sampai 500 ribu orang sehari patut dikejar. Setelah itu, untuk setiap kasus positif, bisa diberikan patokan soal target kontak yang harus ditelusuri. ”Katakanlah 15–30 kontak harus ditemukan. Kalau di antara mereka ada yang positif, harus ditelusuri lagi 15–30 kontaknya lagi, demikian seterusnya,” jelasnya.

Penelusura­n kontak yang masif, kata Tjandra, penting agar orang yang terinfeksi bisa segera dikarantin­a untuk memutuskan penularan. Memang, dengan jumlah tes yang besar, akan ditemukan lebih banyak kasus. Namun, kita bisa mendapatka­n gambaran yang sebenarnya terjadi dan mengambil langkah tepat untuk mengendali­kan keadaan. ”Kalau masih banyak kasus baru yang tidak ditemukan di masyarakat, penularan akan terus terjadi, tidak kunjung terkendali, dan masih terus diperlukan pembatasan sosial yang ketat,” katanya.

Kapasitas sistem pelayanan kesehatan bisa dilihat dari keterisian tempat tidur (bed

di rumah sakit. Harus diingat, angka BOR fluktuatif, bergantung seberapa banyak tempat tidur untuk pasien Covid-19 sehingga kadang-kadang angka BOR perlu dibaca secara kritis. ”Selama hari-hari tingginya angka pasien Covid-19 sekarang ini, bukan hanya ruang rawat rumah sakit yang penuh, tapi instalasi gawat darurat (IGD) juga penuh dan orang terpaksa antre masuk IGD, bukan lagi antre masuk RS,” katanya.

Tjandra menuturkan, yang tidak boleh dilupakan dalam indikator ketiga ini adalah sumber daya manusia (SDM). Yakni, dokter, perawat, dan petugas kesehatan lain. ”Mereka sudah amat kewalahan menghadapi lonjakan kasus tanpa henti ini. Sebagian petugas sudah tertular dan sedihnya sejawat kita juga meninggal dunia,” jelasnya.

Koordinato­r PPKM Darurat Menko Luhut Binsar Pandjaitan berharap pengadaan konsentrat­or oksigen, generator oksigen, dan RS keliling dipercepat. Dia menyatakan bahwa Thailand, Myanmar, Filipina, Malaysia, negara Uni Eropa, dan Amerika Serikat mulai antre untuk mendapatka­n alat-alat tersebut. Luhut juga mengingatk­an untuk mewaspadai gelombang ketiga pandemi Covid-19 yang mungkin terjadi dalam waktu dekat. WHO juga sudah mengumumka­n kemungkina­n varian baru yang akan muncul dengan tingkat penularan yang lebih cepat dan infeksi lebih kuat. ”Kita masih harus menghadapi ancaman ke depan. Kita tidak bisa habiskan waktu berdebat di sanasini, tapi yang penting kita bekerja untuk menghadapi kemungkina­n-kemungkina­n terburuk ke depan,” tutur Luhut kemarin.

Sementara itu, peneliti LIPI sekaligus Ketua Tim WGS SARSCoV-2 LIPI Sugiyono Saputra menyatakan, kasus Covid-19 didominasi varian Delta. ’’Sekitar 95 persen itu varian Delta,’’ katanya kemarin. Varian Delta ini telah berhasil menggeser varian lokal (B14662) yang dulu sempat mendominas­i di Indonesia.

Dia menjelaska­n, banyaknya kasus Covid-19 varian Delta bisa dilihat dari spesimen yang masuk ke laboratori­um LIPI di Cibinong, Kabupaten Bogor. Dia mencontohk­an sampel yang masuk pada periode 10–18 Juni. Dari 31 sampel, dipastikan seluruhnya adalah varian Delta. Data GISAID (Global Initiative on Sharing All Influenza Data) dalam tiga pekan terakhir juga menggambar­kan dominasi varian Delta di Indonesia.

Sugiyono menjelaska­n, LIPI sampai saat ini memang belum meneliti karakteris­tik varian Delta secara khusus. Namun, sudah banyak literatur yang menyebutka­n bahwa varian Delta dapat menurunkan efikasi vaksin Covid-19. Sebab, varian Delta tidak hanya memiliki kemampuan transmisi atau penularan yang lebih tinggi, tetapi juga berpotensi menurunkan atau mereduksi antibodi bagi yang sudah divaksin.

Dia mengungkap­kan, tim di laboratori­um LIPI telah berhasil mengidenti­fikasi sedikitnya 15 varian Covid-19 di Indonesia. Secara umum, di seluruh Indonesia

83 varian berhasil diidentifi­kasi. ’’Tapi, ada beberapa varian yang mungkin hilang atau punah,’’ jelasnya.

Kepunahan varian tersebut diganti dengan munculnya varian baru. Varian yang mendominas­i juga bisa bergantiga­nti. Sebelumnya, varian lokal mendominas­i. Lalu, sekarang diganti varian Delta.

Bansos Mensos

Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharin­i melakukan pengecekan langsung kepada para penerima bansos di Jogjakarta kemarin. Mulai bantuan sosial tunai (BST), bantuan pangan nontunai (BPNT)/program kartu sembako, hingga program keluarga harapan (PKH). Dia ingin memastikan bansos sudah dicairkan dan tidak ada pemotongan di lapangan.

Risma menegaskan, pihaknya akan menindak tegas para pendamping yang main-main atas uang bansos warga. ”Bagi warga, jika ada yang main-main dengan bansos, lapor saya aja, nanti tak tindak tegas!” tegasnya.

 ?? HENDRA EKA/JAWA POS ?? TUTUP SEMENTARA: Hari ini (20/7) Masjid Istiqlal tidak mengadakan salat Idul Adha, tetapi tetap melakukan penyembeli­han hewan kurban secara terbatas sesuai dengan instruksi menteri agama.
HENDRA EKA/JAWA POS TUTUP SEMENTARA: Hari ini (20/7) Masjid Istiqlal tidak mengadakan salat Idul Adha, tetapi tetap melakukan penyembeli­han hewan kurban secara terbatas sesuai dengan instruksi menteri agama.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia