Jawa Pos

Pemerintah Diminta Perbaiki Pola Komunikasi Pandemi

-

JAKARTA, Jawa Pos – Tren menurunnya kepercayaa­n terhadap kemampuan pemerintah menghadapi pandemi harus menjadi alarm. Jika tidak, hal itu akan terus merosot dan berpotensi menciptaka­n persoalan stabilitas politik.

Hal tersebut disampaika­n Direktur Pusat Kajian Politik Universita­s Indonesia Aditya Perdana merespons hasil survei Lembaga Survei Indonesia pada Minggu (18/7). Aditya menilai data tersebut harus direspons dengan kinerja yang lebih baik. ”Itu alarm bagi seluruh elemen pemerintah­an yang sedang berjibaku dengan pengendali­an Covid-19,” ujarnya kepada Jawa Pos kemarin (19/7).

Seperti diketahui, dalam survei LSI, kepuasan terhadap kinerja presiden ada di angka 59,6 persen. Angka itu turun dibandingk­an kepuasan pada akhir 2020 di angka 68,9 persen. Di survei yang sama, hanya 43 persen masyarakat yang percaya bahwa presiden mampu mengatasi pandemi. Lagi-lagi, itu turun dibandingk­an data akhir 2020 yang ada di angka 60 persen.

Aditya menengarai, angka riil per sekarang bisa jadi lebih tinggi. Sebab, sampel survei tersebut dilakukan sejak sebulan lalu. Sementara itu, dalam beberapa hari terakhir, telah ada kebijakan PPKM darurat dan melonjakny­a angka penularan Covid-19. ”Situasi sekarang jauh lebih mengkhawat­irkan ketimbang pengambila­n data sebulan lalu,” imbuhnya.

Selain kinerja penanganan pandemi, alumnus Universita­s Hamburg, Jerman, itu menyoroti cara komunikasi publik pemerintah. Misalnya, pernyataan Menko Kemaritima­n dan Investasi terkait klaim terkendali­nya pandemi. Kelemahan komunikasi politik itu perlu menjadi satu catatan serius agar tidak terulang. ”Harus segera diperbaiki dan diatasi agar publik memiliki kenyamanan dalam masa pandemi yang tidak menentu ini,” tuturnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia