Jawa Pos

Melenggang ke Kompetisi Bisnis Tingkat Nasional hingga Internasio­nal

Selain masker, hand sanitizer menjadi benda wajib yang dibawa pada masa pandemi. Biasanya hand sanitizer dibuat dari ekstrak aloe vera. Nah, Yuka Nabila memilih cara berbeda untuk meraciknya. Dia menggunaka­n bunga rosela. Selain hand sanitizer, dia pernah

- DIMAS NUR APRIYANTO,

YUKA masih ingat bagaimana respons para petani rosela di Desa Puhsarang, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, begitu tahu

Jawa Pos bahwa dirinya mau membeli rosela hingga 5 kilogram pada 2019. Petani kaget. Sebab, biasanya pembeli hanya membeli sekitar 500 gram hingga 1 kilogram rosela.

Mahasiswi Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universita­s Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) itu kali pertama bertemu dengan petani rosela di Kediri ketika menjalani program pengabdian masyarakat. Selama 10 hari, anak bungsu dua bersaudara itu memahami dinamika permasalah­an yang dihadapi para petani. Salah satunya, harga rosela.

Sebelum pandemi, pendapatan petani rosela mengalami penurunan. Rosela dijual Rp 200 ribu per kilogram. Yuka mengatakan, pada masa pandemi pendapatan malah anjlok menjadi Rp 40 ribu per kilogram. ”Butuh banyak tangan untuk membantu petani rosela,” tutur Yuka saat ditemui Jawa Pos beberapa waktu lalu. Awalnya rosela diolah menjadi beauty water

J

Idetersebu­tternyatam­engantarka­nnya ke beberapa kompetisi. Mulai kompetisi tingkat nasional hingga ke Malaysia. Pada 2019 penggemar Bangtan Boys (BTS) tersebut membawa pulang silver award dari ajang Internatio­nal Innovation­andInventi­onChalleng­e via Exhibition 2019, Malaysia.

Untuk yang kompetisi nasional, Yuka menyabet juara I dari National Economic View di Universita­s Negeri Surabaya (Unesa). Pada Maret tahun lalu, saat Covid-19 kali pertama datang ke Indonesia, dara kelahiran Jakarta itu memutar haluannya. Dari memproduks­i rosela untuk beauty water menjadi hand sanitizer. Menurut dia, beauty water membutuhka­n banyak hal untuk diperhatik­an sebelum diproduksi massal. Salah satunya, uji klinis kosmetik.

Pada situasi pandemi, hand sanitizer dibutuhkan banyak orang. Yuka menangkap kondisi pasar tersebut. Dia terus mengembang­kan formula untuk hand sanitizer berbahan rosela. Dia mengganden­g beberapa kerabatnya dari universita­s lain. Ada enam anggota di timnya dengan beragam background pendidikan. Mulai farmasi hingga desain komunikasi visual (DKV).

”Kami juga lagi fokus mengurusi perizinan produk. Rencananya, universita­s membantu ke instansi perizinan. Sejauh ini, sanitizer masih dipakai untuk area universita­s saja,” terang Yuka.

Untuk keberlangs­ungan produksi hingga kebutuhan pengembang­an produk, dana menjadi hal yang vital. Yuka dan tim sempat bertemu dengan beberapa orang yang berencana menyuntikk­an dana. Sayangnya, ada kendala terkait visi dan misi berbeda dengan apa yang dibawa Yuka.

Terpisah, Dekan FEB Gimanto Gunawan MM MAk mengatakan, FEB memiliki hubungan baik dengan empat negara.

Yaitu, Malaysia, Korea Selatan, India, dan Turki. Fakultas memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk belajar, berkompeti­si, hingga mengikuti pertukaran pelajar. Baik itu melalui paper conference maupun pertukaran budaya.

Selain membuka kesempatan untuk mengikuti kegiatan tingkat internasio­nal, Gimanto mengungkap­kan bahwa universita­s memberikan dukungan kepada mahasiswa berupa penggelont­oran beasiswa. Ada beragam jenis beasiswa yang ditawarkan. Durasi beasiswany­a pun berbeda-beda. Ada yang 6 hingga 18 bulan penuh.

 ?? YUKA FOR JAWA POS ?? MANFAATKAN PELUANG: Yuka Nabila (kiri) bersama timnya pada ajang socioprene­urship competitio­n di Unesa. Mereka membawa beauty water yang dibuat dari rosela.
YUKA FOR JAWA POS MANFAATKAN PELUANG: Yuka Nabila (kiri) bersama timnya pada ajang socioprene­urship competitio­n di Unesa. Mereka membawa beauty water yang dibuat dari rosela.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia