Jawa Pos

Berburu Limbah Popok untuk Dijadikan Pot

-

SAMPAH JADI RUPIAH: Pengurus bank sampah Kampung Pelangi Tambak Sarioso menimbang sampah plastik yang disetor warga.

LIMA tahun lalu, lingkungan RW 2 Kampung Pelangi jauh dari pemandanga­n saat ini. Banyak sampah yang berserakan di jalan. Akibatnya, kawasan itu terlihat kumuh dan bau. ’’Dulu, kesadaran warga terhadap lingkungan masih sangat rendah,’’ kata Ketua RW 2 Kampung Pelangi Eko Prasetiyo saat dijumpai pada Kamis (30/9).

Pada 2016, Eko masih menjadi pengurus di bidang pendamping­an lingkungan dan pemberdaya­an masyarakat. Pria kelahiran Surabaya, 17 April 1984, itu bertanggun­g jawab dalam pelestaria­n lingkungan. Bersama pengurus lain, Eko mengajak warga untuk mengolah sampah menjadi barang bermanfaat. Ide yang tercetus pertama ialah membuat bank sampah.

Warga diminta

• Jemur limbah popok selama dua hari

hingga kering.

• Dilanjutka­n dengan pembersiha­n

kotoran.

• Kemudian, popok dibentuk menjadi pot tanaman dan dikeraskan dengan menggunaka­n semen.

• Jemur kembali

selama 1–2 hari.

• Setelah permukaan pot kuat, tahap

berupa pengecatan. mengumpulk­an sampah anorganik ke tempat yang disediakan. Misalnya, botol plastik dan kardus. Dari hasil pengumpula­n sampah, warga akan mendapat upah. Namun, nominalnya tidak bisa dipastikan.

Alhasil, program itu tidak berjalan mulus. Jumlah warga yang menyetor ke bank sampah bisa dihitung dengan jari. ’’Meski belum sesuai ekspektasi, tidak masalah. Wajar baru pertama kali,’’ ucap Eko.

Nah, lantaran hanya sedikit orang yang menyetor, upah yang diperoleh pun cukup besar. Mengetahui hal itu, beberapa warga lain mulai tertarik untuk bergabung menjadi anggota bank sampah. Terutama para ibu. ’’Uang yang didapat dari menyetor sampah sangat bermanfaat. Bisa untuk bantu membiayai kebutuhan keluarga,’’ ujar pria 37 tahun itu.

Berhasil mendapat uang tambahan dari barang tak terpakai membuat kepedulian warga terhadap pelestaria­n lingkungan mulai tumbuh. Berbagai inovasi pun dilakukan. Mulai mengolah sampah daun menjadi arang hingga membuat pot tanaman dari limbah popok bayi.

Limbah popok bayi? Ya. Pengolahan sampah popok itu diminati warga karena sangat menjanjika­n. Satu pot tanaman bisa dijual Rp 10–15 ribu. Bergantung ukuran pot. Produk tersebut dijual di pasar, perkantora­n, maupun online.

Setiap bulan warga memproduks­i 30–40 pot. Untuk membuat satu pot tanaman, dibutuhkan 2–3 popok. Bahan bakunya murni dari popok bekas balita RW 2.

Selain ibu-ibu PKK, anggota karang taruna juga dilibatkan dalam bidang promosi dan penjualan produk itu. Menurut Eko, pengolahan sampah berdampak positif bagi warga. Apalagi di tengah pagebluk korona. Tak sedikit warga yang kehilangan pekerjaan. Akhirnya, yang sebelumnya hanya iseng, kini sampah jadi ’’rebutan’’ warga.

Hal itu juga berdampak positif bagi lingkungan. Saat ini perwajahan RW 2 banyak berubah. Kawasan semakin asri. Terlebih, warga diwajibkan menanam minimal lima jenis tanaman di rumah masingmasi­ng. Jika tidak ada biaya, tanaman bisa dibeli dengan kas RW.

 ?? ALFIAN RIZAL/JAWA POS ?? PROSPEK BAGUS: Untuk membuat satu pot tanaman, dibutuhkan 2–3 popok. Setiap bulan warga memproduks­i 30–40 pot. Bahan bakunya dari popok bekas balita di wilayah RW 2. Foto kiri, warga mengolah sampah daun menjadi arang.
ALFIAN RIZAL/JAWA POS PROSPEK BAGUS: Untuk membuat satu pot tanaman, dibutuhkan 2–3 popok. Setiap bulan warga memproduks­i 30–40 pot. Bahan bakunya dari popok bekas balita di wilayah RW 2. Foto kiri, warga mengolah sampah daun menjadi arang.
 ?? ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia