Jawa Pos

Okupansi Hotel Beranjak Naik

-

SURABAYA – Hotel-hotel di Surabaya makin banyak disinggahi tamu seiring dengan penurunan level pemberlaku­an p e m b a t a s a n k e g i a t a n masyarakat (PPKM). Tingkat okupansi (hunian) hotel sudah mencapai 75 persen. Bahkan, pada akhir pekan ada juga sejumlah hotel yang penuh.

Kenaikan jumlah tamu hotel terjadi mulai Agustus lalu. Tepatnya setelah penurunan level PPKM. Hanya, kenaikanny­a tidak signifikan, sekitar 10 persen saja. Sementara pada September lalu okupansiny­a naik drastis. Rata-rata per hotel naik sampai 30 persen. ”Bulan kemarin cukup signifikan naiknya,” kata Sales Manager Goldvitel Hotel Evi Rachmawati.

Evi menjelaska­n, saat awal

PPKM darurat diberlakuk­an, jumlah tamu hanya 6 persen. Setiap hari hanya ada tujuh sampai delapan kamar yang terisi. Apalagi, hotel waktu itu masih tahap pembukaan. Dari 104 kamar hotel, hanya 55 kamar yang dibuka. ”Sisanya masih tahap perbaikan,” ucapnya.

Dari jumlah 55 kamar yang dibuka itu, mulai Agustus lalu keterisian­nya mulai naik 16 persen. Sedangkan September naik signifikan menjadi 48 persen. Bahkan, setiap hari libur kamar terisi semua.

Menurut Evi, kenaikan tersebut terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya imbas menurunnya level PPKM di Surabaya Raya. Di samping itu, banyak yang ingin merasakan pemandanga­n di sky lounge.

Kenaikan okupansi tamu hotel juga terjadi di Grand Mercure Surabaya City. Saat PPKM darurat hingga level 4, jumlah tamu hanya 40 persen. Sementara mulai September tingkat okupansi sampai 75 persen. Jadi, ada kenaikan 35 persen. ”Ini imbas longgarnya aturan dari pemerintah,” kata Cluster General Manager Grand Mercure Surabaya City Eksi Ayuningtya­s.

Menurut Eksi, setelah penurunan level PPKM, masyarakat luar daerah mulai datang ke Surabaya. Begitu pun beberapa corporate, juga mulai mengadakan acara di hotel. Hal itu tidak lain terjadi karena kelonggara­n orang untuk bepergian. Seperti ketika naik pesawat tidak harus tes swab PCR.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia