Jawa Pos

Penyidik Dalami Peran Penyedia Makanan

Buntut Puluhan Orang Keracunan Massal, 1 Bocah Meninggal

-

TAKALAR – Puluhan korban keracunan massal di Takalar, Sulawesi Selatan, mulai membaik. Sebagian besar pasien sudah keluar dari rumah sakit. Kini penyidik mendalami peran penyedia makanan.

Kapolres Takalar AKBP Beny Murjayanto mengatakan, berdasar hasil keterangan sementara dari penyelengg­ara takziah, makanan yang disediakan berasal dari katering. Karena itu, pemeriksaa­n terhadap pemilik katering juga dilakukan. ”Statusnya masih saksi,” katanya kepada FAJAR kemarin (3/10).

Sebanyak 47 warga Desa Pakabba, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, mendadak dilarikan ke RSKIA Zainab dan Puskesmas Aeng Towa pada Sabtu (2/10) pagi. Mereka habis mengonsums­i makanan acara takziah di Dusun Pangkajene, Desa Pakabba, pada Rabu (29/9).

Insiden tersebut merenggut nyawa Haeril alias Ariel, seorang bocah lelaki berusia 8 tahun. Dia mengalami diare dan demam setelah mengonsums­i makanan di acara tersebut.

Benny menjelaska­n, makanan yang dikonsumsi para korban diduga mengandung racun. Karena itu, pemeriksaa­n terhadap makanan yang dikonsumsi para korban juga melalui penelitian. ”Sampelnya sudah di labfor. Kami masih menunggu hasilnya,” bebernya.

Para korban merasa kesakitan di bagian perut setelah menyantap nasi kotak di acara takziah yang digelar Daeng Milei pada Rabu (29/9). Salah seorang korban, Haris Pasang, 52, menuturkan, acara itu merupakan hajatan keluargany­a.

Dia bingung nasi kotak yang dipesan dari sebuah katering rumahan menjadi penyebab kesakitann­ya. ”Waktu itu malam ketiga takziah kemenakank­u,” ucap Haris yang ditemui saat dirawat di RSKIA Zainab.

Dia baru merasakan sakit esok hari (30/9). Karena menganggap sakit perut biasa, Haris mengabaika­nnya. Pada Jumat sore, baru dia mual dan muntah tanpa henti.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Takalar dr Rahmawati menyatakan ikut berperan dalam menyelidik­i kasus keracunan massal. Selain memastikan seluruh korban mendapat perawatan medis di beberapa rumah sakit, pihaknya ikut menyelidik­i makanan yang diduga menjadi sumber penyakit.

”Kami bersurat kemarin (Sabtu) ke BTKL (balai teknik kesehatan lingkungan dan pengendali­an penyakit) di Makassar untuk membantu pemeriksaa­n makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan. Hari ini (kemarin) tim BTKL sudah turun ke lapangan mengambil sampel,” kata dr Rahma, sapaannya, kepada FAJAR kemarin.

Dia menambahka­n, yang dirawat di Puskesmas Aeng Towa delapan orang. Sementara itu, yang dirawat di RSKIA Zainab 41 orang dan 33 orang di antaranya dipulangka­n karena sudah membaik.

”Jadi, yang dirawat di RSKIA Zainab tinggal delapan orang,” ujarnya.

 ?? FAJAR ?? DALAM PENYELIDIK­AN: Tim BTKLPP Kelas I Makassar mengumpulk­an sampel dari mendata korban di RSKIA Zainab, Takalar, kemarin (3/10).
FAJAR DALAM PENYELIDIK­AN: Tim BTKLPP Kelas I Makassar mengumpulk­an sampel dari mendata korban di RSKIA Zainab, Takalar, kemarin (3/10).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia