Jawa Pos

Resmi PM, Kishida Percepat Pemilu

Tak Mau Bernasib seperti Suga

-

TOKYO – Fumio Kishida kemarin (4/10) resmi menggantik­an Yoshihide Suga sebagai perdana menteri (PM) Jepang. Di hari pertamanya, politikus 64 tahun itu tak hanya mengungkap daftar anggota kabinetnya, tapi juga menyerukan percepatan pemilu dari November ke 31 Oktober. Parlemen akan dibubarkan 14 Oktober nanti.

Waktu yang ditetapkan Kishida itu lebih cepat beberapa pekan dari perkiraan banyak pihak. Hal itu pun mematahkan prediksi. Sebab, Partai Demokratik Liberal (LDP) yang mengusungn­ya butuh waktu untuk menguatkan barisan. Namun, perkiraan para pakar salah. Kishida justru ingin memanfaatk­an momen masa awal jabatannya. Istilahnya, ini masih masa bulan madu. Belum ada cela di pemerintah­annya.

Jika dia bisa menggalang banyak suara untuk partainya dalam pemilu nanti, otomatis mayoritas kursi di parlemen bakal diamankan. Artinya, kebijakan-kebijakan yang diambilnya nanti bisa disetujui tanpa banyak perlawanan dari oposisi. Saat ini kondisi penularan Covid-19 di Jepang juga menurun. Mendadakny­a jadwal pemilu membuat posisi oposisi tertinggal di belakang.

”Kishida tidak membuang waktu sama sekali,” ujar Tobias Harris, pengamat politik di Center for American Progress, seperti dikutip The Guardian. Jika nanti menang, ditambah memenangi pemilu majelis tinggi tahun depan, Kishida tak perlu mengurusi pemilu hingga tiga tahun ke depan.

PM ke-100 Jepang itu punya banyak tugas agar tidak bernasib sama seperti Suga. Di awal masa jabatannya, dukungan untuk Suga mencapai 70 persen di beberapa survei. Namun, kinerja negatif penanganan pandemi –yang diperparah saat pergelaran Olimpiade musim panas– membuat popularita­snya merosot. Suga hanya menjabat setahun sebelum akhirnya mundur.

Penanganan Covid-19 jelas menjadi PR utama Kishida. Dia harus menjaga momentum rendahnya angka penularan di Negeri Sakura. Dengan begitu, tekanan pada tenaga kesehatan rumah sakit berkurang.

Penduduk Jepang yang sudah lelah dengan penyebaran virus SARS-CoV-2 berharap bisa kembali hidup normal.

”Saya ingin menghadapi masa depan dengan perasaan dan tekad kuat,” tegas Kishida kemarin, seperti dikutip Agence France-Presse.

Dari 20 menteri di kabinetnya, Kishida menempatka­n tiga perempuan. Hal itu seolah menyoroti buruknya Jepang dalam afirmasi politik. Ada belasan sosok baru, tapi dia juga mempertaha­nkan wajahwajah lama di kementeria­n. Misalnya, Menteri Luar Negeri Toshimitsu Motegi dan Menteri Pertahanan Nobuo Kishi. Motegi adalah alumnus Harvard yang memimpin negosiasi perdaganga­n utama di Jepang, sedangkan Kishi adalah saudara mantan PM Shinzo Abe.

Di sisi lain, ancaman dari Korea Utara (Korut) turut menghantui pemerintah­an Kishida. Belakangan, Pyongyang aktif menguji coba misil buatannya. Empat misil diluncurka­n kurang dari sebulan.

Saat ini, negara yang dipimpin Kim Jong-un itu melunak. Mereka mengaktifk­an lagi komunikasi yang menghubung­kan Korut dan Korea Selatan (Korsel).

Agustus lalu, sambungan telepon itu dimatikan Korut. Namun, kemarin ia sudah bisa dipakai lagi.

Langkah tersebut diambil beberapa hari setelah Jong-un menyatakan siap membuka komunikasi, sebagai tawaran rekonsilia­si bersyarat. Salah satunya adalah sikap Korsel terhadap pemerintah Korut.

”Dengan pulihnya jalur komunikasi Korea Selatan-Utara, pemerintah mengevalua­si bahwa landasan untuk memulihkan hubungan antarKorea telah tersedia.” Demikian pernyataan Kementeria­n Unifikasi Korsel, seperti dikutip BBC.

 ?? KAZUHIRO NOGI/AFP ?? MANDAT BARU: Pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) Jepang Fumio Kishida (dua dari kanan) mendapat aplaus setelah terpilih sebagai perdana menteri di majelis rendah parlemen di Tokyo kemarin (4/10).
KAZUHIRO NOGI/AFP MANDAT BARU: Pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) Jepang Fumio Kishida (dua dari kanan) mendapat aplaus setelah terpilih sebagai perdana menteri di majelis rendah parlemen di Tokyo kemarin (4/10).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia