Kreativitas di Tengah Pandemi lewat Surviving
SURABAYA – Sebanyak 44 mahasiswa dengan brand masingmasing memamerkan lima look. Total, ada 220 busana dalam videotaping pekan lalu. Dalam project kali ini, mereka menghadirkan tiga tema. Yakni, Covid-19, Indonesian culture, dan craftsmanship.
Marini Yunita, ketua program studi dan koordinator final project fashion design and business Universitas Ciputra, menjelaskan bahwa awalnya mahasiswa dibebaskan untuk berkarya tanpa tema. ”Tapi, setelah karya jadi, ternyata bisa kami kelompokkan menjadi tiga tema itu tadi,” jelasnya saat ditemui di Ciputra World Surabaya pada Jumat (1/10).
Namun, jika dijabarkan dari tema Surviving, Marini menyatakan bahwa isu yang diangkat berangkat dari pandemi Covid-19 yang telah mengubah industri fashion di dunia sekarang ini. ”Bagaimana perilaku mengalami perubahan yang sangat memengaruhi dunia fashion saat ini,” terangnya.
Dari situ, output yang dihasilkan mahasiswa diharapkan diminati dan diperlukan di masyarakat. Baik dalam kehidupan sehari-hari selama masa pandemi maupun untuk pesta intimate pada masa pandemi. ”Jadi, kami jelaskan ke para mahasiswa. Produk fashion tidak hanya harus menarik, tapi juga dibutuhkan masyarakat. Ini yang penting,” katanya.
Misalnya, dalam tema Covid-19, tren ready-to-wear bergaya simpel, tetapi tetap timeless. Atau, mengolah limbah-limbah di sekitar hingga menjadi produk baru. ”Terus, ada juga yang mengembangkan ciri khas daerah masing-masing untuk mengenalkan budaya dan adat mereka lebih luas lagi,” ceritanya.
Marini bercerita, pada angkatan pandemi ini, ada hal positif yang menarik. Karena mahasiswa mengikuti kuliah dari rumah, riset yang dilakukan lebih detail dan dalam. ”Soalnya, yang dari daerah-daerah itu mereka bisa langsung ke perajinnya. Risetnya jadi lebih dalam. Meski sebelum pandemi juga bisa, melakukan riset di dekat rumah jadi tidak begitu membebani,” ujarnya.
Sementara itu, karya-karya yang dibawakan para model dalam pembuatan videotaping sore itu akan ditampilkan secara online lewat Zoom pada pertengahan Oktober. ”Harapan kami, meski fashion show digelar secara online, masyarakat tetap bisa menikmati dan menangkap ide dan pesan dari setiap desain yang ditampilkan,” tuturnya.