Miliki Alat Skrining NAT, Darah Lebih Aman
SIDOARJO – Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia (UTD PMI) Sidoarjo kini memiliki alat untuk pemeriksaan nucleic acid test (NAT). Alat baru tersebut dioperasikan sejak akhir bulan lalu. Alat pemberian Kementerian Kesehatan (Kemenkes) itu berfungsi untuk mengetahui darah seseorang mengandung virus dan bakteri atau tidak.
Yang dicek terutama virus hepatitis A, B, hingga HIV/AIDS. Serta penyakit sifilis yang disebabkan bakteri. ”Skrining melalui NAT ini bertujuan meningkatkan keamanan darah sebelum darah ditransfusikan kepada orang lain,” jelas Ketua PMI Sidoarjo Achmad Zaini kemarin (6/10).
Melalui pemeriksaan dengan alat baru tersebut, darah yang terpapar virus dan bakteri lebih cepat diketahui. Selain itu, pemeriksaan dengan alat tersebut memiliki tingkat ketelitian dan detail lebih tinggi. Dengan begitu, hasilnya akan lebih akurat.
Tidak semua UTD memiliki alat tersebut. Di Jawa Timur, baru beberapa yang punya alat pemeriksaan NAT. ”Yang ada baru di PMI Surabaya. PMI Sidoarjo yang kedua di Jawa Timur,” ujarnya.
Kepala UTD PMI Sidoarjo dr Septi Laily Rif’ati mengungkapkan, alat pemeriksaan NAT berfungsi memperpendek masa jendela HIV, HBsAg, dan HCV yang sudah diperiksa dengan eCLHA. ”Jadi, darah yang sudah nonreaktif terhadap HIV, HBsAg, HCV, dan sifilis akan diperiksa dengan NAT,” jelasnya.
Pemeriksaan itu juga sering disebut metode pemeriksaan infeksi menular lewat transfusi darah (IMLTD). NAT adalah pemeriksaan dengan akurasi paling tinggi saat ini. Namun, untuk sementara, tidak semua darah diperiksa dengan NAT. Sebab, jumlah bantuan dari Kemenkes terbatas. Alat itu hanya bisa digunakan untuk memeriksa 4.000 sampel tes.