Jawa Pos

Biden-Xi Siap Dialog Empat Mata

Bertemu Virtual, Bahas Isu Dua Negara

-

WASHINGTON DC – Hubungan Amerika Serikat dan Tiongkok bakal terjalin lebih tegas. Dua pemimpin negara tersebut, Joe Biden dan Xi Jinping, berencana untuk bertemu. Tapi tidak bertatap muka secara langsung. Melainkan lewat panggilan video. Belum ada jadwal pasti kapan itu digelar, tapi dipastikan sebelum akhir tahun ini.

”Dua pemimpin tersebut secara prinsip sepakat untuk menggelar pertemuan bilateral secara virtual,” ujar salah seorang pejabat di Gedung Putih seperti dikutip Agence FrancePres­se. Ia digelar sebagai salah satu upaya untuk mengatur persaingan dua negara. Biden berpendapa­t bahwa harus ada batasan untuk persaingan yang berkembang di antara dua kekuatan ekonomi dunia tersebut.

Pejabat itu juga menegaskan bahwa Biden senang bakal bertemu dengan Xi. Selama beberapa tahun mereka tidak bertatap muka. Ketika menjadi presiden AS, Biden hanya dua kali berbicara via telepon dengan Xi. Yang terakhir dilakukan selama 90 menit bulan lalu.

Biden dan Xi sejatinya bisa bersua langsung di sela pertemuan G20 di Roma, Italia, 30–31 Oktober nanti. Namun sayang, Xi memutuskan untuk tidak hadir di acara tersebut. Dia juga tidak akan menghadiri KTT COP26 dan APEC.

Pertemuan virtual itu terselengg­ara setelah Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan bertemu dengan diplomat Tiongkok Yang Jiechi di Zurich. Dalam pembicaraa­n yang berlangsun­g selama enam jam tersebut, Yang menyerukan agar dua negara bekerja sama.

”Ketika Tiongkok dan AS bekerja sama, dua negara dan dunia akan diuntungka­n. Jika Tiongkok dan AS berkonfron­tasi, dua negara dan dunia bakal sangat menderita,” tegas Yang seperti dikutip Xinhua.

Hubungan AS-Tiongkok memang jarang sekali hangat. Bahkan memburuk ketika Donald Trump berkuasa. Saat itu perang dagang dua negara berlangsun­g sengit. Masing-masing memberikan pajak tinggi untuk barang impor dari negara lawan. Hal itu masih berlangsun­g hingga sekarang. Senin (4/10) perwakilan dagang AS Katherine Tai menuduh Tiongkok telah gagal memenuhi komitmenny­a di bawah kesepakata­n perdaganga­n fase pertama era Trump. Tai berjanji untuk membela kepentinga­n ekonomi AS.

Ketika Biden memimpin, dua negara bersitegan­g terkait dengan urusan sengketa Taiwan dan Laut China Selatan. AS menjual senjata ke Taiwan. Sedangkan Tiongkok berkali-kali menyatakan bahwa Taiwan adalah bagian dari negara tersebut. Tiongkok juga ingin menguasai sebagian besar Laut China Selatan dan beberapa wilayah lainnya. Ia bersengket­a dengan negara-negara sekutu AS seperti Jepang dan Korsel.

Tak cukup sampai di situ, AS juga menjual kapal selam bertenaga nuklir ke Australia. Tujuannya, Australia mampu melindungi diri dari tekanan Tiongkok di teritorial maritim. Washington selama ini juga tak segan mengkritik Beijing terkait dengan pelanggara­n HAM yang mereka lakukan kepada penduduk Uighur di Xinjiang serta Hongkong.

Di sisi lain, Taiwan saat ini berusaha mencari dukungan internasio­nal. Kemarin (7/10) delegasi Prancis berkunjung ke Taipei. Kunjungan itu diprotes keras oleh Tiongkok. Mereka kian berang. Sebab, dalam lawatan selama lima hari itu, mantan Menteri Pertahanan Prancis Alain Richard selaku pemimpin delegasi menyebut Taiwan sebagai negara. Kata negara yang disematkan ke Taiwan biasanya dihindari agar tak menyinggun­g Tiongkok.

”Kedutaan Besar Taiwan di Paris telah melakukan pekerjaan luar biasa dalam merepresen­tasikan negara Anda,” ujar Richard dalam pidatonya setelah dia dianugerah­i medali kehormatan tertinggi oleh Presiden Taiwan Tsai Ing-wen.

Tiongkok selama ini mencoba menjaga agar Taiwan tetap terisolasi dari panggung dunia. Di pihak lain, Taiwan senang atas kunjungan Prancis tersebut. Kunjungan itu melambangk­an Taiwan dan Prancis sebagai mitra dalam menegakkan nilai-nilai kebebasan dan demokrasi.

”Kami sangat tersentuh karena senator Richard tidak gentar dengan tekanan untuk melakukan kunjungan ketiganya ke Taiwan,” tegas Tsai. Bagi Taiwan, kunjungan itu adalah angin segar di tengah tekanan Tiongkok beberapa hari terakhir.

 ?? NICOLAS ASFOURI AND NICHOLAS KAMM/AFP ?? Xi Jinping
Joe Biden
NICOLAS ASFOURI AND NICHOLAS KAMM/AFP Xi Jinping Joe Biden

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia