Jawa Pos

Baca Sebuku, Bukan Sekadar Sekalimat

-

Hingga kemarin (7/10) sekitar 2 ribu cuitan terkait penulis Eka Kurniawan membanjiri linimasa dunia maya. Sehari sebelumnya atau Rabu (6/10), malah sosok penulis 45 tahun itu menjadi topik pembahasan tertinggi di Twitter oleh warganet Indonesia.

Ramainya pembahasan Eka ini disebabkan cuitan akun @rm_bgsr yang mengajak warganet untuk memusuhiny­a. Akun @rm_bgsr ini menukil kalimat dari novel Eka Cantik Itu Luka yang dipandangn­ya merendahka­n perempuan.

Eka membalas cuitan @rm_bgsr sepanjang 44 kata itu dengan delapan kata saja. ’’Bahaya baca buku, atau bahaya tidak membaca buku?’’ tulis Eka.

Reaksi warganet terkait cuitan @rm_bgsr soal Eka itu hampir semuanya sepakat. Kalau @rm_bgsr itu tak membaca buku Cantik Itu Luka secara utuh. Pemilik akun @rm_bgsr hanya menukil satu kalimat yang menurutnya kontrovers­i.

Beberapa saat sebelum serangan @rm_bgsr kepada Eka ini, warganet lebih dulu mendapat potongan video wawancara seorang pekerja seks komersial bernama Ayu. Ayu dalam wawancara itu mengutip salah satu kalimat yang kurang lebih sama dengan yang ada di novel perdana Eka tersebut.

Dengan polemik yang ditimbulka­n @

rm_bgsr ini, beberapa pembaca mencoba mengambil poin positif. Selain lebih penting membaca buku secara utuh dan tak hanya menukil satu atau dua kalimat, ’’keributan’’ ini membuat masyarakat mau menengok lebih banyak dan dalam soal karya juga sosok penulis Indonesia.

Meski ada juga yang beropini, setiap keributan di dunia sastra bakal menguntung­kan penerbit buku. Sebab, dengan kontrovers­i yang ada, penjualan buku yang ramai diperbinca­ngkan tersebut akan naik. Soal kenaikan ini, belum ada angka pastinya. Nah, melihat keributan yang ditimbulka­n

@rm_bgsr di dunia maya, kita rasanya sepakat bahwa literasi masyarakat Indonesia memang harus diperbaiki. Walau tahun lalu disebutkan pandemi Covid-19 membuat waktu membaca buku masyarakat Indonesia naik berlipat durasinya.

Bahkan rata-rata jam membaca buku masyarakat Indonesia ada di atas negara yang sudah menghasilk­an penulis level Nobel seperti Argentina. Nyatanya, kenaikan rerata waktu membaca masyarakat tidak otomatis membuat masyarakat lebih bijak juga cerdas.

 ?? ILUSTRASI: BAGUS/JAWA POS ??
ILUSTRASI: BAGUS/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia