Guru Batuk Pilek, Silakan Mengajar Daring
Berlomba-lomba Kuatkan Mitigasi Cegah Klaster Sekolah
SURABAYA – Temuan sejumlah siswa yang terkonfirmasi positif Covid-19 menjadi early- warning bagi dunia pendidikan di Kota Pahlawan. Khususnya satuan pendidikan yang menggelar pembelajaran tatap muka (PTM). Kekhawatiran timbulnya klaster sekolah harus diantisipasi secara ketat.
Kepala SMPN 1 Surabaya Akhmad Suharto menyampaikan, kasus tersebut menjadi pelecut institusinya untuk semakin waspada. Tidak cukup mematuhi protokol kesehatan (prokes) bagi semua warga sekolah. Langkah mitigasi juga diperkuat. ”Kami sangat hati-hati dan waspada. Semua harus sesuai SOP,’’ kata Suharto kemarin (8/10).
Berbagai langkah mitigasi dilakukan. Tujuannya, mencegah kemungkinan penularan secara dini. Terhadap siswa contohnya. Setiap anak yang baru pulang dari perjalanan ke luar kota harus melapor ke pihak sekolah. Misalnya, tujuan perjalanan ke mana saja, bertemu dengan siapa, dan menggunakan kendaraan apa. Berbagai hal yang menyangkut prokes harus disampaikan ke tim internal sekolah. ”Harus disampaikan secara jujur supaya kami bisa mengambil tindakan antisipasi,’’ ujarnya.
Ada juga bentuk mitigasi lain. Kondisi kesehatan setiap siswa sangat diperhatikan. Jika mengalami batuk, pilek, demam, apalagi sesak napas, sebaiknya anak segera dipulangkan. Tidak boleh mengikuti PTM. Sebab, kondisi itu dikhawatirkan bisa menular kepada siswa lainnya. Demikian halnya dengan siswa yang memiliki suhu tubuh lebih dari 37 derajat Celsius. Jika kondisi itu terjadi terus-menerus, mereka akan langsung dipulangkan. Tidak diizinkan ikut sekolah tatap muka. ”Ada juga siswa yang baru selesai berkendara suhunya lebih dari 37 derajat Celsius. Tapi setelah istirahat sebentar, suhunya normal. Untuk kondisi begini boleh lanjut PTM,’’ imbuh Suharto.
Kepala SMPN 28 Surabaya Triworo Parnoningrum menyampaikan, pihaknya memperkuat langkah mitigasi dengan memberikan edukasi kepada para orang tua siswa. Proses itu dilakukan seminggu sekali secara daring. Wali murid diminta lebih disiplin mengawal putra-putrinya. Terutama ketika berangkat dan pulang dari sekolah. ”Inilah waktu yang rawan. Terutama ketika anak pulang sekolah,’’ kata Triworo.
Jika orang tua tidak disiplin mengantar dan menjemput, waktu keberangkatan dan kepulangan rawan disalahgunakan oleh siswa. Misalnya, yang bersangkutan mampir ke warung hingga lupa mematuhi prokes. Atau bermain ke rumah temannya dengan mengabaikan protokol kesehatan.
”Namanya remaja, bisa saja mampir ke mana-mana. Maka, di sinilah peran orang tua,’’ paparnya.
Mitigasi juga diterapkan kepada guru-guru. Selama PTM ini, lanjut Triworo, guru harus melaporkan kondisi kesehatannya. Jika kondisi tubuhnya tidak prima, guru yang bersangkutan boleh tidak masuk mengajar untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Jika memungkinkan, cukup mengajar secara daring. ”Kalau guru batuk pilek sebaiknya di rumah saja,” imbuh Triworo.
Kepala SMPN 19 Libiah Mufidah menyampaikan, sejauh ini pelaksanaan PTM berjalan lancar. Tidak ada anak yang terpapar Covid-19. Semua SOP dipatuhi secara disiplin. Terutama soal kebersihan. Bangku dan meja disemprot disinfektan secara rutin. Selain itu, orang tua sudah komitmen mengantar dan menjemput anaknya ke sekolah. ”Salah satu komitmen PTM ini ialah peran orang tua. Mereka kan juga sudah membuat surat pernyataan bersedia untuk PTM,’’ jelas dia.
Para orang tua, kata Libiah, juga ikut serta memantau suhu tubuh anaknya ketika pertama masuk gerbang sekolah. ”Dan sejauh ini tidak ada kendala,” tuturnya.
SMPN 9 Tambaksari lain lagi. Dibutuhkan komitmen yang lebih serius dari para orang tua. Khususnya dalam menjemput anak-anaknya. Sebab, itu bagian dari komitmen wali murid ketika mengizinkan putra-putrinya mengikuti PTM.