Menuju Raksasa Digital setelah Tiongkok-India
Jokowi Minta OJK Kawal Transformasi Sektor Keuangan Jadi Sehat
JAKARTA – Pandemi Covid-19 mempercepat gelombang digitalisasi. Tak terkecuali sektor keuangan. Presiden Joko Widodo meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk membangun ekosistem keuangan digital yang sehat.
Hal itu disampaikan presiden yang akrab disapa Jokowi tersebut dalam acara OJK Virtual Innovation Day kemarin (11/10). Dia melihat bank berbasis digital, asuransi digital, dan berbagai e-payment harus didukung. Selain itu, fenomena sharing ekonomi semakin marak, mulai ekonomi berbasis peer-topeer hingga business-to-business. ”Tetapi, pada saat yang sama saya juga memperoleh informasi banyak penipuan dan tindak pidana keuangan. Saya mendengar masyarakat bawah yang tertipu dan terjerat bunga tinggi oleh pinjaman online,” kata Jokowi.
Melihat perkembangan itu, mantan wali kota Solo tersebut meminta OJK mengawal transformasi digital di sektor keuangan. Dengan begitu, ekosistem keuangan digital selalu sehat. ”Jika dikawal secara cepat dan tepat, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi raksasa digital setelah Tiongkok dan India. Selain itu, bisa membawa kita menjadi ekonomi terbesar dunia ketujuh pada 2030,” tuturnya.
Pembiayaan financial technology, lanjut dia, juga harus didorong untuk kegiatan produktif. UMKM pun harus terbantu agar bisa melakukan transaksi digital. ”Saya titip kepada OJK dan para pelaku usaha dalam ekosistem ini untuk memastikan inklusi keuangan,” pinta Jokowi
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyatakan, kehadiran teknologi di seluruh aspek kehidupan masyarakat memberikan manfaat besar. Terutama dalam mempercepat aktivitas ekonomi, bisnis, serta pertukaran informasi. ”Baik domestik maupun lintas negara,” ujarnya.
Perubahan preferensi dan perilaku digital itu mendorong tumbuhnya perusahaan rintisan (start-up) di sejumlah sektor prioritas. Di antaranya, kesehatan (healthtech), pertanian (agritech), pendidikan (edutech), dan keuangan (fintech). Hingga saat ini terdapat lebih dari 2.100 start-up di Indonesia.
”Per September 2021 terdapat 7 unicorn dan 2 decacorn yang telah merambah ke pasar ASEAN. Tumbuhnya inovasi ini tidak terlepas dari implementasi kebijakan akomodatif dan antisipatif melalui penerapan prinsip light touch and safe harbor,” papar Wimboh.
Sementara itu, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menuturkan, tren perkembangan ekonomi digital di Indonesia terus naik. RI bahkan menjadi salah satu pemain utama di kawasan Asia Tenggara. ”Sebanyak 41,9 persen transaksi ekonomi digital ASEAN berasal dari Indonesia dan transaksi di Indonesia per hari ini mencapai USD 44 miliar,” ujarnya.
Nilai transaksi digital tersebut disumbangkan sektor e-commerce seperti edutech dan healthtech. Transaksi e-commerce, perbankan digital, dan uang elektronik diproyeksi terus meningkat. Dia menyebutkan, pertumbuhan positif itu turut dipicu pergeseran perilaku masyarakat yang cenderung tinggi dalam pemanfaatan teknologi selama pandemi. Terlebih, RI memiliki bonus demografi yang didominasi generasi Z dan milenial dengan usia 8–39 tahun.
”Penduduk ini memiliki tingkat adopsi digital yang tinggi dan merupakan pengguna internet. Tentu menggunakan ponsel atau media sosial,” katanya.