Berhasil Buat 10 Mesin Cetak Braille
SURABAYA – Akses mendapatkan mesin cetak braille diperluas ke seluruh penjuru Indonesia. Kini tim riset braille ITS sudah berhasil menciptakan 10 mesin cetak braille. Mesin ke-10 tersebut telah didistribusikan ke Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 1 Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Ketua Tim Riset Braille ITS Dr Tri Arief Sardjono mengatakan, mesin cetak braille tersebut didistribusikan berdasar usulan dan permintaan dari Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK). Mesin cetak braille itu dikembangkan sejak 2012.
’’Mesin cetak ini adalah modifikasi dari alat yang sama dari Norwegia,” katanya.
Dari hasil modifikasi tersebut, tim riset ITS yang berkolaborasi dengan tim Institut Teknologi Telkom Surabaya (ITTS) berhasil mencetak 400 karakter braille per detik. Sebelumnya, mesin itu hanya mampu mencetak 200 karakter braille per detik.
’’Di versi terbaru juga disediakan fitur suara. Jadi, sangat memudahkan teman-teman tunanetra dalam mengoperasikan mesin tersebut,” ujarnya.
Tidak sekadar mendistribusikan mesin cetak braille, tim gabungan juga membantu memberikan pelatihan standard operating procedure (SOP) dalam mengoperasikan mesin cetak tersebut. Pelatihan diberikan kepada tenaga didik di sekolah yang akan mendapatkan bantuan mesin cetak braille. ’’Agar mereka bisa mengoperasikan, merawat, dan memperbaiki mesin cetak yang kami berikan,” imbuh rektor ITTS tersebut.
Sementara itu, sekolah yang mendapatkan bantuan mesin cetak braille diharapkan bisa menjadi pusat cetak braille untuk daerah sekitarnya. Dengan begitu, pencetakan berkas braille dapat dilakukan di satu tempat untuk satu daerah.
’’Harapan kami, mesin tersebut bisa dijadikan fasilitas sebagai braille books provider, publisher, perpustakaan, dan training center mesin cetak braille,” ujar Tri.
Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) ITS Agus Muhammad Hatta mengatakan, ITS tidak hanya berfokus dalam menciptakan mesin cetak braille. Saat ini tim riset ITS juga mengembangkan beberapa assistive technology lainnya. Di antaranya, kaki dan tangan bionik, alat bantu pendengaran, dan pengembangan media belajar untuk anak-anak autis. ’’Kami berharap inovasi tersebut dapat mengakomodasi dan memberikan fasilitas kepada masyarakat difabel,” katanya.