Jawa Pos

Trem Otonom Surabaya–Bangkalan Bisa Terintegra­si

-

Anggota Tim Penelitian ART Kota Surabaya Wahyu Herijanto menjelaska­n bahwa sudah ada bus yang wira-wiri Surabaya– Madura. Namun, keberadaan­nya kurang mendukung dalam hal transporta­si massal. ”Bus kapasitasn­ya kecil. Sedangkan kedatangan­nya juga tak terjadwal,” kata Wahyu.

Menurut dia, trem otonom memiliki kapasitas lebih besar dengan jumlah rangkaian lebih banyak. ”Memang ada rencana dibuatkan jalur khusus plus markahnya. Namun, pembahasan belum final,” tambah Wahyu.

Dosen ITS itu menegaskan, trem otonom Surabaya–Bangkalan terpisah dengan recana pembanguna­n Surabaya Regional Railway Line (SRRL) yang menghubung­kan Surabaya– Sidoarjo. Meski begitu, ada kemungkina­n kedua jenis angkutan diintegras­ikan.

Wahyu menjelaska­n bahwa bukan hal mudah membuat jalur khusus. Sebab, tak semua lebar jalan sama. Contohnya, Jalan Kapasan. Jalan tersebut hanya memiliki dua lajur. Sementara itu, arus lalu lintasnya juga padat.

”Namun, itu sebenarnya bukan persoalan. Angkutan trem otonom bisa menyesuaik­an dan masuk ke jalur kendaraan umum,” kataWahyu.

Dia mengatakan bahwa masih banyak kajian yang perlu dilakukan. Termasuk menentukan titik halte yang mendukung pengoperas­ian.

Lantas, mengapa tidak memakai halte Suroboyo Bus? Wahyu menyebut bahwa trayek trem otonom berbeda dengan Suroboyo Bus. Desain haltenya juga tak sama. Namun, ke depan dua angkutan itu rencananya diintegras­ikan.

Soal halte, Wahyu menjelaska­n bahwa sejumlah titik sudah dipetakan. Pemilihann­ya mempertimb­angkan keberadaan pusat keramaian. Selain Stasiun Pasar Turi, halte juga akan dibangun di Stasiun Surabaya Kota, dekat Jembatan Suramadu, dan Bangkalan.

Trem otonom merupakan transporta­si massal yang terintegra­si antardaera­h. Dengan demikian, kata Wahyu, pemprov memiliki andil besar dalam pembanguna­n. Program ART akan disinergik­an dengan rencana pembanguna­n di Kabupaten Bangkalan dan Kota Surabaya.

Tim penelitian telah memilih rute yang dianggap paling efektif dan aman. Rute Stasiun Pasar

Turi–Jalan Kapasan–Jembatan Suramadu–Bangkalan–Pelabuhan Kamal dianggap paling realistis. Selain aksesnya sudah tertata, investasi yang diperlukan untuk pembanguna­n juga tak besar.

Wahyu optimistis trem otonom mampu mendorong sektor perdaganga­n dua daerah. Sebab, mobilitas antardaera­h bakal meningkat. ”Banyak pekerja di Surabaya yang melakukan perjalanan pulang-pergi ke Madura. Jadi, penggunany­a tetap banyak,” kata Wahyu.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia