Pewarnaan Alami dan Corak Artistik Jadi Kunci
Proyek sustainability fashion dari penerima Australian Alumni Grant Scheme Janet Teowarang kini sudah hampir selesai. Saat ini kain dengan motif batik yang terpilih diproduksi. Setelah itu, dia berencana memamerkannya ke beberapa ajang fashion di Australi
SETELAH proses yang panjang, proyek besar fashion designer Janet Teowarang dalam pembuatan motif batik khas Pasuruan kini sudah masuk tahap produksi. Total, sudah ada 12 motif batik dari para pembatik terpilih yang telah mengikuti pelatihan dan bimbingannya. Dari motif-motif yang terpilih tersebut, Janet mengubahnya menjadi busana yang akan ditampilkan di Australia.
Bimbingan yang diberikan sejak awal Juli itu akhirnya membuahkan hasil. Saat ditemui di Universitas Ciputra (UC) Tower Senin (4/10), Janet menunjukkan dua motif yang sudah jadi. Satu motif berwarna cokelat kehitaman. Satunya lagi berwarna lebih terang dengan warna salmon. ”Untuk membuat dua warna ini, prosesnya nggak mudah. Benar-benar butuh beberapa kali pewarnaan dan percobaan,” terangnya.
Sudah bukan rahasia bahwa membuat batik itu memang tidak mudah. Terlebih untuk batik tulis dan yang memakai pewarna alami.
Untuk batik yang berwarna salmon, misalnya. ”Batik ini mereka namai Matoa Krisan. Pewarnaannya pakai mangrove, tegeran, mahoni, tanin, fiksasi tunjung, dan tawas. Dari campuran ini, baru bisa muncul warna salmon yang kalem kayak gini,” jelas Janet sambil menunjukkan batik tersebut.
Selain warna, fokus lain dalam proyeknya untuk Australian Alumni Grant Scheme adalah motif. ”Kami ingin motif khas Pasuruan ini lebih dikenal lagi. Terlebih, Ketua Dekranasda Kabupaten Pasuruan Ibu Lulis Irsyad Yusuf sangat mendukung,” ceritanya.
Namun, motif-motif khas Pasuruan seperti salak, bunga sedap malam, bunga krisan, atau Penanjakan Bromo tidak bisa langsung dibuat dengan bentuk sebenarnya. ”Karena pasarnya nanti internasional, motifnya dibuat lebih artistik. Nggak digambar secara harafiah,” ujarnya.
Fashion designer Geraldus Sugeng yang turut memilih motif yang layak membenarkan bahwa motif batik yang dibuat harus disesuaikan dengan pasar dan tren. ”Warnawarna yang tidak terlalu mencolok dan motif simpel tapi artistik menjadi fokus kami,” jelasnya.