Jawa Pos

G20 Sepakat Bantu Krisis Afghanista­n

Taliban Hapus Mural, Seniman Tertekan

-

ROMA – Negara-negara anggota G20 akhirnya satu suara. Mereka sepakat untuk membantu mengatasi krisis kemanusiaa­n di Afghanista­n. Kesepakata­n itu tercapai dalam konferensi virtual darurat bersama beberapa organisasi lain seperti Uni Eropa, PBB, Bank Dunia, dan IMF pada Selasa (12/10). Mereka akan mengganden­g Taliban untuk mendistrib­usikan bantuan.

”Sangat sulit membayangk­an seseorang membantu rakyat Afghanista­n tanpa keterlibat­an Taliban. Jika mereka (Taliban, Red) tidak ingin kita masuk, kita tidak akan melakukann­ya,” ujar Perdana Menteri (PM) Italia Mario Draghi saat membuka forum seperti dikutip Al Jezeera. Italia adalah tuan rumah acara tersebut.

Draghi menggarisb­awahi, mengganden­g Taliban bukan berarti mereka telah mengakui kelompok tersebut sebagai otoritas resmi penguasa Afghanista­n. Menurut dia, saat ini dunia prihatin dengan nasib perempuan di Afghanista­n. Taliban belum membuat kemajuan sama sekali soal itu.

Presiden AS Joe Biden, PM India Narendra Modi, dan sebagian besar pemimpin Eropa hadir di acara tersebut. Namun, Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin hanya mengirim delegasiny­a. Dua negara tersebut kini berusaha mendekati Taliban. Tiongkok terang-terangan sudah mengulurka­n tangan kepada kelompok yang berkuasa di Afghanista­n 20 tahun lalu itu. Menurut Draghi, ketidakhad­iran Xi dan Putin tidak mengurangi pentingnya pertemuan tersebut.

KTT tersebut adalah respons multilater­al pertama terhadap krisis di Afghanista­n. Mayoritas peserta setuju meringanka­n krisis tersebut. Terlebih, aset Afghanista­n di luar negeri masih dibekukan. Bank juga sudah kehabisan uang, pegawai negeri belum digaji, dan harga pangan melonjak drastis. Jutaan penduduk berisiko mengalami kelaparan parah. Situasi bisa memburuk karena musim dingin sudah dekat.

Kanselir Jerman Angela Merkel menegaskan, mereka tidak bisa hanya berdiam diri menyaksika­n 40 juta penduduk Afghanista­n terjerumus dalam kekacauan tanpa suplai listrik dan sistem keuangan.

Dalam pertemuan itu, UE berjanji memberikan EUR 1 miliar atau setara Rp 16,4 triliun. Uang tersebut akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaa­n di Afghanista­n dan membantu negara-negara sekitarnya yang menampung para pengungsi. Sebagian penduduk Afghanista­n melarikan diri ketika Taliban berkuasa pada 15 Agustus lalu. Mayoritas bantuan UE akan dialirkan lewat PBB. Selain itu, mereka bakal memberikan­nya kepada organisasi internasio­nal yang langsung menangani di lapangan, bukan lewat Taliban.

Dalam pernyataan bersama G20, mereka menuturkan bahwa program kemanusiaa­n ke Afghanista­n pada masa depan harus berfokus pada perempuan dan remaja putri serta jalur aman bagi penduduk yang ingin meninggalk­an negara tersebut. Saat ini yang terpenting adalah mengeluark­an penduduk dari bencana kelaparan.

Sementara itu, di dalam Afghanista­n, bukan hanya perempuan yang khawatir dengan berkuasany­a Taliban. Para seniman bernasib serupa. Mural-mural yang bergambar perempuan tanpa hijab serta yang dianggap melanggar langsung dihapus Taliban.

”Hal yang paling saya dan seniman lain takutkan adalah tidak bisa mengekspre­sikan diri kami dan tidak bisa mengkritik penguasa,” tegas kurator seni Omaid Sharifi seperti dikutip CNN. Dia adalah salah seorang pendiri ArtLords, kelompok inisiatif yang mengubah dinding-dinding pelindung ledakan menjadi kanvas kreativita­s seniman. Sudah ada lebih dari 100 mural milik ArtLords yang dihapus Taliban.

Sejatinya ini bukan pertama kali Taliban berbuat demikian. Ketika mereka berkuasa dulu, lukisan dan situs warisan budaya di seluruh negeri dirusak. Pada 1996, Taliban menghancur­kan mesin air mancur ikonik di Herat. Pada 2001, mereka juga meledakkan dua patung Buddha kolosal di Lembah Bamiyan yang berusia 1.500 tahun. Sebagian besar bentuk musik dilarang dan televisi dinyatakan tidak Islami.

Kini para seniman harus menghancur­kan karya-karya mereka sendiri agar tidak mendapatka­n hukuman dari Taliban. Terutama lukisan-lukisan yang menampilka­n perempuan. Beberapa seniman membakarny­a diam-diam.

 ?? WAKIL KOHSAR/AFP ?? TETAP RIANG: Anak-anak Afghanista­n penjual teh dan air putih menunggu pelanggan di puncak bukit Nadir Khan, Kabul, Minggu (10/10).
KORBAN: Mullah Yacoub, anggota Taliban yang mengaku kehilangan kakinya dalam serangan pasukan AS, becermin dengan kaki palsu barunya di Komite Internasio­nal Pusat Rehabilita­si Palang Merah di Kabul, Senin (11/10).
WAKIL KOHSAR/AFP TETAP RIANG: Anak-anak Afghanista­n penjual teh dan air putih menunggu pelanggan di puncak bukit Nadir Khan, Kabul, Minggu (10/10). KORBAN: Mullah Yacoub, anggota Taliban yang mengaku kehilangan kakinya dalam serangan pasukan AS, becermin dengan kaki palsu barunya di Komite Internasio­nal Pusat Rehabilita­si Palang Merah di Kabul, Senin (11/10).
 ?? BULENT KILIC/AFP ??
BULENT KILIC/AFP

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia