Aksesori Pakem, Gaun Modifikasi
SURABAYA – Tren pernikahan tradisional kembali digandrungi muda-mudi. Semakin banyak kaum mil e n ia l yang mendambakan untuk bisa mengenakan gaun adat da risalah satu daerah di Nusantara pada hari pernikahan mereka. Hal tersebut diungkapkan salah seorang fashion desainer asal Sidoarjo, Ayu Wulan.
’’Tren baju pengantin tradisional itu, salah satunya, memang dipengaruhi beberapa artis seperti Aurel Hermansyah, Lesty Kejora, maupun influencer yang pakai baju bernuansa adat. Dari situ, semakin banyak pengantin muda yang seneng dan kepengen,’’ ujarnya kepada Jawa Pos kemarin (13/10). Pemilik brand desain fashion Whulyan itu pun menilai tren tersebut bisa menjadi langkah untuk membangkitkan sekaligus melestarikan budaya.
’’Nah, tugas desainer membaca peluang itu. Dan, membantu calon pengantin agar punya inspirasi gaun wedding tradisional yang sesuai tren,’’ imbuhnya.
Wulan pun mengeluarkan koleksi terbaru berupa lima gaun pengantin dengan look modern yang melebur ke dalam tema tradisional dari lima daerah. Yakni, Palembang, Melayu, Sunda, Aceh, dan Batak. Alumnus sekolah fashion Susan Budihardjo S u raba yaitu m em p r e diksi lima baju pengantin dari lima daerah tersebut akan hit sampai 2022.
Wulan ingin menyampaikan gagasan bahwa pernikahan adat tradisional itu tidak harus memakai kebaya kuno. Namun, bisa dikolaborasikan bersama kebaya modern. Dengan begitu, tampilan pengantin tidak terkesan terlalu jadul. ’’Aku membuat desain look modern berupa dress dan kebaya yang tidak terlalu pakem dengan detail sayap, draperi, dan lengan puff. Dikombinasikan dengan tema tradisional sehingga tampak elegan sekaligus kekinian,’’ paparnya.
Meski begitu, Wulan tetap menerapkan pakem pada aksesori yang digunakan. Misalnya, bando adat Melayu maupun suntiang khas pengantin adat Palembang, disesuaikan dengan yang seharusnya. Dengan demikian, bagian yang dimodifikasi adalah baju serta riasan wajah yang soft. Harapannya, pengantin tidak lagi merasa terlalu lelah karena mengenakan baju dan aksesori yang sama-sama berat.
’’Karena mahkotanya sudah pasti heboh, gaunnya aku buat dengancutting yang simpelelegan. Ekor gaun tidak terlalu panjang sehingga ringansaat dipakai,’’ terang perempuan 40 tahun itu.
Dia mengungkapkan, saat ini pengantin dengan baju Nusantara tidak harus berasal dari daerah yang bersangkutan. Misalnya, pengantin dengan mahkota suntiang tidak melulu berasal dari keturunan asli orang Palembang.
Dari lima gaun Nusantara yang dibuatnya, bagi Wulan, yang paling rumit dan butuh waktu lebih lama dalam pembuatannya adalah gaun adat Palembang berwarna marun. Gaun itu diselesaikan kurang lebih tiga bulan. ’’Full permata dan mutiaranya harus dipayet satu per satu sehingga lama,’’ tandasnya.