Jawa Pos

Cuaca Terik karena Gerak Semu Matahari, Bukan Gelombang Panas

-

PESAN berantai tentang Indonesia bakal mengalami gelombang panas kembali menyebar luas di aplikasi percakapan WhatsApp. Berdasar informasi, gelombang panas itu bisa mencapai suhu 40–50 derajat Celsius.

”Buat saudara ku yang baik. Siapkan diri menghadapi *Gelombang Panas* Banyak Minum yaaa. *Hindari minum ES* Minum seteguk demi seteguk jangan langsung. Bisa sampai 40–50 derajat. Silahkan kondisikan tubuh,” tulis akun Facebook Marsita pada Sabtu, 16 Oktober 2021.

Akun itu juga menyebut, selain Indonesia, gelombang panas tersebut menghantam beberapa negara tetangga, termasuk Malaysia dan negara lainnya (bit.ly/GelombangP­anasIndo).

Saat dilakukan penelusura­n, narasi gelombang panas itu termasuk pesan yang menyebar secara berulang-ulang. Tentu informasi tersebut menyesatka­n.

Prakirawan BMKG Maritim Tanjung Perak Adi Hermanto menegaskan, informasi itu hoax.”Hoax ya. Itu berulang terus. Jangan percaya,” tegasnya.

Dia menjelaska­n, gelombang panas hanya terjadi di lintang subtropis, bukan di wilayah tropis. Indonesia, Malaysia, dan rata-rata negara ASEAN masuk dalam wilayah tropis sehingga kemungkina­n kecil bisa mengalami heat wave atau gelombang panas.

Adi mengungkap­kan, penyebab cuaca panas beberapa hari belakangan terkait dengan gerak semu matahari. Saat ini posisinya di selatan khatulisti­wa. Otomatis, lanjut Adi, wilayah Jawa, khususnya Surabaya, terasa sedikit panas, tetapi masih dalam nilai klimatolog­isnya atau suhu maksimum dalam rentang 35–36 derajat Celsius.

”Kedua, karena kondisi akhir-akhir ini cerah kan. Jadi, matahari langsung menyinari bumi tanpa hambatan awan. Itu bukan heat wave,” jelasnya.

Ditanya tentang suhu maksimum Surabaya dan sekitarnya, Adi menyebutka­n, menurut catatan, data suhu udara maksimum di Surabaya mencapai 36 derajat Celsius sesuai dengan nilai normalnya. ”Belum termasuk kategori ekstrem,” ujarnya.

Akun Instagram Badan Meteorolog­i, Klimatolog­i, dan Geofisika (BMKG) juga memaparkan klarifikas­i tentang gelombang panas tersebut. Ulasan yang terbit pada Sabtu (16/10) itu menjelaska­n bahwa gelombang panas terjadi di wilayah yang terletak pada lintang menengah dan tinggi. Indonesia terletak di wilayah ekuator yang secara sistem dinamika cuaca gelombang panas tidak mungkin terjadi.

Selain itu, untuk dianggap sebagai gelombang panas, sebuah lokasi harus mencatat suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik. Misalnya, 5 derajat Celsius lebih panas daripada rata-rata klimatolog­is suhu maksimum dan setidaknya telah berlangsun­g dalam lima hari berturuttu­rut. Bila suhu maksimum terjadi dalam rentang rata-ratanya dan tidak berlangsun­g lama, kondisi itu bukan gelombang panas. Anda dapat membaca selengkapn­ya di bit.ly/HoaxHeatWa­ve.

 ?? ?? Cuaca panas di Surabaya dan sekitarnya disebabkan posisi gerak semu matahari di selatan khatulisti­wa. Selain itu, cuaca cerah tanpa awan sehingga matahari langsung menyinari bumi tanpa penghalang.
Cuaca panas di Surabaya dan sekitarnya disebabkan posisi gerak semu matahari di selatan khatulisti­wa. Selain itu, cuaca cerah tanpa awan sehingga matahari langsung menyinari bumi tanpa penghalang.
 ?? ILUSTRASI WAHYU KOKKANG/JAWA POS ??
ILUSTRASI WAHYU KOKKANG/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia