Jawa Pos

PON Bukan Tujuan Terakhir

-

SEBAGAI warga negara Indonesia yang cinta olahraga, merasakan euforia Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua di tanah air dua minggu terakhir (2–15 Oktober) begitu membahagia­kan. Kesuksesan tanah Papua menggelar multievent olahraga tingkat nasional terbesar ini dengan aman saya yakin juga membuat sebagian besar warga Indonesia lega.

Paling tidak, sejauh ini kita bisa melihat, anggaran negara sebesar Rp 10,43 triliun yang digunakan untuk melangsung­kan hajatan ini tidak sia-sia. Seperti diketahui, ada beberapa poin tujuan dari diselengga­rakannya PON. Di antaranya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Selain itu, mempercepa­t pembanguna­n daerah.

Ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2007 yang mengatur tentang penyelengg­araan dan kejuaraan olahraga. Melihat gegap gempita pergelaran PON di Papua, saya hakulyakin dua poin tujuan itu tercapai.

Tapi, jangan lupa, ada poinpoin lain tentang tujuan diadakanny­a PON. Dan itu juga tidak kalah penting. Mungkin juga bisa lebih penting. Dua tujuan lain tersebut adalah meningkatk­an prestasi olahraga Indonesia. Selain itu, menjaring bibit-bibit atlet potensial.

Dari PON, diharapkan makin banyak ditemukan atlet-atlet potensial dari 34 provinsi di Indonesia. Mereka nantinya bisa dibina lebih lanjut hingga mampu tampil dan membanggak­an saat mewakili Indonesia di ajangajang olahraga internasio­nal.

Tujuan dari PON yang disebut sebagai wadah untuk menjaring bibit-bibit atlet potensial dari seluruh Indonesia juga bisa diartikan bahwa PON bukan tujuan terakhir atlet untuk mencari prestasi. Namun, setelah tampil di PON, atletatlet terbaik daerah ini diharapkan bisa lebih termotivas­i untuk tampil pada kejuaraan olahraga level yang lebih tinggi. Mulai SEA Games, Asian Games, sampai Olimpiade.

Terkait dua tujuan terakhir PON ini, ada kabar yang menggembir­akan dan tidak menggembir­akan. Yang tidak menggembir­akan, masih maraknya aksi perpindaha­n atlet yang telah berprestas­i di tingkat nasional hingga internasio­nal jelang PON ke daerah lain.

Sekretaris Kementeria­n Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Gatot S. Dewo Broto dalam sebuah pemberitaa­n menyebutka­n, ada sekitar 1.300 atlet yang berganti bendera provinsi pada PON Papua ini. Jumlah itu hampir sama dengan jumlah perpindaha­n atlet dari PON 2012 Riau ke PON 2016 Jawa Barat.

Mutasi atlet dari suatu daerah ke daerah lain memang sahsah saja jika dilakukan sesuai aturan yang berlaku. Namun, jika itu dilakukan dengan sponsor pemerintah daerah, hanya sekadar agar daerah tersebut mampu meraih posisi klasemen lebih baik di PON, jelas itu sudah melenceng dari niat awal diselengga­rakannya PON ini.

Lepas dari fenomena tersebut, ada juga kabar yang menggembir­akan. Laporan Kemenpora dan KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) menyebut ada 60 pemecahan rekor baru selama pergelaran PON kali ini.

Mulai pemecahan rekor tingkat nasional sampai dunia. Pemecahan rekor tersebut datang dari beberapa cabang olahraga. Di antaranya angkat besi, atletik, renang, dan panjat tebing.

Atlet angkat besi putri Jawa Barat Tsabita Alfiah yang turun di kelas 67 kg memecahkan tiga rekor dunia junior sekaligus. Angkatanny­a di snatch serta clean and jerk total mencapai 212 kg.

Setiap angkatan yang dia lakukan itu memecahkan rekor dunia junior atas namanya sendiri yang dia catat pada kejuaraan dunia angkat besi junior di Tashkent, Uzbekistan, Mei lalu. Saat itu dia total membuat angkatan 204 kg.

Atlet panjat tebing Jawa Barat Raharjati Nursyamsa juga membuat rekor dunia baru di nomor speed world record putra. Dia mampu membukukan catatan waktu 5,14 detik. Itu memecahkan rekor dunia sebelumnya yang juga dipegang atlet Indonesia lainnya, Veddriq Leonardo, dengan catatan waktu 5,20 detik. Meski, catatan waktu yang dibuat Raharjati ini memang masih harus diurus lebih lanjut agar bisa diakui dunia.

Capaian-capaian tersebut patut dirayakan. Mengingat, dua tahun belakangan sangat jarang event olahraga nasional maupun internasio­nal mampu diselengga­rakan. Pemecahan rekor ini sekaligus menunjukka­n pahlawan-pahlawan kita di pentas olahraga tidak berhenti berlatih keras. Meski, kegiatan mereka kini harus menyesuaik­an dengan pembatasan-pembatasan ruang gerak yang dicanangka­n pemerintah tingkat pusat sampai desa.

Tapi, sekali lagi, PON bukanlah tujuan akhir atlet untuk berprestas­i. SEA Games 2021 yang berlangsun­g di Hanoi, Vietnam, Mei tahun depan adalah pergelaran multievent olahraga internasio­nal terdekat yang akan berlangsun­g.

Di pergelaran itu, kita semua berharap atlet-atlet tanah air bisa mengharumk­an nama Indonesia di tingkat Asia Tenggara. Begitu juga di pergelaran-pergelaran selanjutny­a. Seperti Asian Games 2022 Hangzhou, Tiongkok, maupun Olimpiade Paris 2024. Salam olahraga. (*)

 ?? ?? Oleh
I’IED RAHMAT RIFADIN
Wartawan olahraga Jawa Pos
Oleh I’IED RAHMAT RIFADIN Wartawan olahraga Jawa Pos

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia