Kumpulkan Data sebelum ke Kanada
JAKARTA – Lembaga Anti-Doping Indonesia (LADI) terus berupaya agar Indonesia terbebas dari sanksi WADA. Mereka juga menerima saran dari Ketua Asosiasi Profesor Keolahragaan Indonesia (Apkori) Djoko Pekik Irianto. Dia menyarankan agar LADI menjalin komunikasi intens dengan WADA. Bahkan jika perlu, datang ke kantornya di Montreal, Kanada.
Wakil Ketua LADI Rheza Maulana menerima saran tersebut. Sebab, dengan datang langsung ke sana, mereka bisa lebih jelas menyibak kesalahpahaman dan masalah-masalah yang terjadi sebelumnya. Tetapi, mereka harus mempersiapkan diri dengan baik
”Kami masih mengumpulkan data-data tentang masalah internal. Sehingga nanti sudah jelas apa yang dibicarakan, apa yang dilakukan, dan solusinya seperti apa,” kata Rheza kepada Jawa Pos kemarin. Dengan persiapan yang jelas, Rheza berharap semua bisa diselesaikan dalam sekali jalan. ”Kami menargetkan bulan ini bisa ke Kanada,’’ lanjutnya.
Rheza membantah bahwa kinerja LADI terganggu karena anggaran yang kecil. ”Kami sangat didukung oleh pemerintah. Mereka sangat peduli dengan proses antidoping di Indonesia dan pelaksanaannya,’’ tegas Rheza.
Pada 2020, LADI mendapat anggaran Rp 7,5 miliar. Jumlah tersebut naik dari sebelumnya yang hanya Rp 1,5 miliar. Namun, Rheza enggan menyebutkan perincian anggaran yang mereka dapat tahun ini. ”Bisa dikatakan (anggaran 2020) itu betul. Tapi dalam aktualisasinya, kami masih menyortir mana yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan agar tidak menyalahi prosedur,’’ ujarnya
Soal komunikasi dengan WADA, Rheza mengungkapkan bahwa pihaknya intens berbicara setiap hari dan memaparkan perkembangan-perkembangan yang dilakukan. ”Progres harian kami laporkan. Ini agar mereka (WADA) tahu kami sangat serius tentang program antidoping di Indonesia,’’ imbuh Rheza.