Jawa Pos

Tim Khusus Gembleng Siswa IQ Tinggi

LPA Jatim Justru Anggap Tidak Pas

-

SURABAYA – Pembinaan siswa cerdas istimewa terus dimatangka­n. Setelah menetapkan guru dan pakar untuk program tersebut, dinas pendidikan (dispendik) bakal membentuk tim khusus. Tugas tim itu tidak gampang. Salah satunya, menggemble­ng pelajar bibit unggul hingga mampu meraih prestasi terbaik.

Kepala Dispendik Supomo menjelaska­n, kelas khusus dimulai bulan depan. Satu per satu tahapan telah berjalan. Mulai seleksi siswa SD dan SMP yang hendak mengikuti program tersebut hingga penunjukan guru dan ahli yang menjadi pendamping para pelajar.

Satu kegiatan lain akan berjalan. Yakni, pembentuka­n tim khusus. Anggota nanti berisi sejumlah tenaga pendidik. Satu tim dipimpin seorang koordinato­r. ”Ada tiga tim khusus yang dibentuk,” jelas Supomo.

Tiga tim itu mewakili beberapa bidang. Di antaranya, bidang sains dan teknologi, bidang seni dan literasi, serta bidang olahraga dan kepemimpin­an. Menurut Supomo, program itu tidak hanya membina siswa yang pandai dalam pelajaran sains. Namun, dispendik juga mencari pelajar yang memiliki bakat seni dan olahraga. ”Karena bakat siswa berbeda-beda. Yang memiliki kelebihan kami poles,” kata mantan kepala dinas sosial (dinsos) tersebut.

Saat ini pembentuka­n tim khusus berjalan. Dispendik telah memilih koordinato­r di setiap bidang. Nanti para koordinato­r itu diberi kewenangan memilih guru yang tepat untuk membina pelajar.

Salah seorang koordinato­r yang terpilih adalah Najib Sulhan, guru di SMP Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya. Dispendik mendapuk Najib sebagai koordinato­r tim literasi. Selepas terpilih, dia langsung berkomunik­asi dengan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). ”Kami mencari guru yang tepat untuk pembinaan,” ujar Kasihumas Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya tersebut.

Najib sudah merancang skema pengajaran. Nanti siswa yang memiliki ketertarik­an di bidang literasi dikumpulka­n. Sejurus kemudian, dibentuk komunitas penulis remaja.

Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Surabaya Herlina Harsono menuturkan bahwa dispendik boleh saja membentuk kelas khusus yang berisi siswa yang memiliki IQ tinggi. Namun, pembelajar­an untuk siswa cerdas istimewa itu tidak bisa dilakukan setiap hari. ”Misalnya, lima hari. Mungkin tiga hari di kelas biasa dan dua harinya di kelas khusus,” terangnya.

Alumnus Psikologi Universita­s 17 Agustus 1945 itu menilai, pengelompo­kan berdasar bakat memang bisa memacu semangat belajar antarsiswa. Namun, yang tidak kalah penting adalah siswa bisa saling membantu.

”Sehingga tidak pas ketika full satu minggu di kelas khusus,” ujarnya.

Terpisah, Sekretaris Lembaga Perlindung­an Anak Jawa Timur (LPA Jatim) Isa Anshori mengakui bahwa dispendik memang berupaya memajukan pendidikan lewat kelas khusus. Namun, dia menilai program itu tidak pas diterapkan saat ini.

Isa menyebutka­n, ada tiga aspek filosofi pendidikan. Yaitu, merdeka belajar, pelajar Pancasila, dan berkaitan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 yang menekankan kompetensi. ”Artinya, setiap kemampuan anak perlu dilayani dan dihargai untuk diasah,” tuturnya.

 ?? RIZKY AGUNG/JAWA POS ??
RIZKY AGUNG/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia