Dari Piala AFF, (Semestinya) Melompat Lebih Tinggi
INDONESIA
tim paling produktif di Piala AFF 2020 dengan 20 gol. Witan Sulaeman memuncaki daftar top assist. Dan, Pratama Arhan terpilih sebagai pemain muda terbaik.
Jadi, kita boleh sedih dan kecewa karena Garuda ‒julukan tim nasional Indonesia‒ kembali menjadi runner-up untuk kali keenam. Tapi, tak perlu kepala sampai harus runduk dan terus meratapi kenapa kita belum juga bisa mengakhiri puasa gelar di level senior sejak 1991.
Sebab, tim asuhan Shin Tae-yong (STY) telah menyediakan bekal yang lebih dari memadai untuk memulai langkah pada 2022 ini. Apalagi, sederet agenda juga sudah menanti tahun ini. Mulai Piala AFF U-23 bulan depan, SEA Games pada Mei nanti, disusul kualifikasi Piala Asia pada Juni, kemudian Asian Games (dengan catatan kita mengirim tim sepak bola) pada September, dan Piala AFF lagi di pengujung tahun.
ALHAMDULILLAH,
Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) telah terlaksana dengan sejuk, berkualitas, dan bermartabat. Musyawarah sebagai roh utama muktamar benar-benar menjiwai dalam muktamar ke-34 ini. Memang benar, sebelum muktamar ada kekhawatiran terulangnya kegaduhan Muktamar Ke-33 NU di Jombang (2015). Kekhawatiran tersebut sangat wajar karena kuatnya polarisasi yang terjadi di elite PBNU, saling dukung di antara dua kandidat utama, dan lemahnya jembatan yang menghubungkan kedua kandidat. Berkat kasih sayang dan pertolongan Allah SWT, doa para masyayikh, serta kerja keras dan kompaknya panitia pelaksana dan pengarah, muktamar ke-34 berhasil terselenggara dengan baik. Perbedaan pandangan dan dinamikanya dapat dikelola dengan memanfaatkan ruang musyawarah dan demokrasi.
Penentuan Rais Aam KH Miftachul Akhyar oleh Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) sepenuhnya dilakukan melalui musyawarah dengan penuh keadaban, kesantunan, dan ketawadukan. Itulah yang dilaporkan Juru Bicara AHWA Prof KH Zainal Abidin di depan rapat pleno AHWA. Sedangkan pemilihan ketua umum diawali dengan musyawarah serta dilanjutkan dengan proses pemilihan yang sangat demokratis, dewasa, matang, dan berkualitas. Hal itu ditandai dengan saling memuji dan menghormati antara Prof Dr KH Said Aqil Siroj dan KH Yahya Cholil Staquf yang pada akhirnya ditetapkan sebagai ketua umum PBNU. Terima kasih, Panjenengan berdua dan muktamirin telah memberikan pelajaran dan keteladanan dalam berdemokrasi secara sejati (true democracy). Semuanya berakhir dengan saling rida dan