Sempat Ditolak Warga, Bermodal Gotong Royong
DI balik keindahan dan keteduhannya, Pantai Kelapa memiliki ”masa lalu” yang kelam. Kawasan itu pernah menjadi pusatnya pembuangan sampah rumah tangga. Meski bukan TPA (tempat pembuangan akhir).
Situasi tersebut diperparah dengan posisinya yang berada di teluk. Selain jadi TPA tak resmi, Pantai Kelapa jadi ”terminal terakhir” luberan sampah yang berasal dari muara sungai yang tak jauh dari sana.
Alhasil, pencemaran yang terjadi di sana begitu luar biasa. Situasi kala itu juga berdampak buruk bagi ekosistem di kawasan pantai.
Jawa Pos Radar Tuban beberapa kali mendatangi pantai tersebut untuk meliput terdamparnya ikan hiu, dugong, dan pesut. Pemicunya, terjebak tebalnya sampah yang sebagian besar plastik.
Metamorfosis wajah Pantai Kelapa diawali ketika seorang investor asal Surabaya berencana menyewa lahan di sana untuk dijadikan tambak pembenihan udang. Rencananya, seribu pohon kelapa akan ditebang.
Namun, pemilik lahan lebih tertarik dengan konsep Muhasan, salah satu tokoh masyarakat setempat yang berencana menjadikan pantai tersebut sebagai tempat wisata.
Awalnya, upaya itu sempat memicu kontroversi yang berbuntut gesekan antarmasyarakat setempat. Sampai pada akhirnya, pada Februari 2017, dia bersama sekitar 50 warga menembus kawasan tepi laut. Membabat habis semaksemak yang tebal, menjumputi sampah di kawasan pantai.
Modal untuk menjadikan pantai tersebut jadi objek wisata juga sangat terbatas. Muhasan dan warga mengandalkan gotong royong serta menggugah kesadaran sosial masyarakat.
Dia juga begitu tegar menghadapi sikap kontra dari sebagian masyarakat yang pesimis. Sikap tersebut justru membuatnya dan warga yang pro termotivasi. ”Saya menyulap pantai ini sangat jauh dari kepentingan menguntungkan diri sendiri dan segelintir orang,” ujar pria yang menjadi ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pantai Kelapa itu.
Sampai akhirnya, perjuangan panjang tersebut berbuah positif. Setelah pantai bersih, dana pengelolaan pantai mulai terkumpul. Dana itulah yang dipakai untuk membangun sarana-prasarana. Pada Februari 2018, wisata Pantai Kelapa resmi dibuka. ”Sangat lega. Wisata ini sah secara hitam di atas putih (legal, Red),” katanya bangga.
Setelah setahun beroperasi, Pantai Kelapa mampu menghidupi ekonomi warga sekitar melalui usaha-usaha pendukung di objek wisata tersebut.