Pertahankan bisnis di sektor otomotif
Untuk pertama kalinya di luar Rapat Umum Pemegang Saham, petinggi-petinggi PT Astra International Tbk berkumpul melakukan press conference. Hal ini dilakukan dalam rangka memperingati 60 Tahun Astra di Jakarta (24/2). Ada banyak poin disampaikan menyangkut perusahaan yang berdiri 20 Februari 1957 di Jl. Sabang dan hanya memiliki empat orang karyawan.
“Dinamakan Astra International karena Om William menginginkan Astra suatu saat menjadi perusahaan internasional. Segala macam dilakukan tapi tidak menghasilkan uang,” terang Prijono Sugiarto, Presdir PT Astra International Tbk dalam sambutannya.
Tahun 1965, Astra mengimpor dan mendistribusikan truk dari General Motors. “Akhirmya satusatu merek, Toyota, Honda, bisa mengukirkan prestasi gemilang di Indonesia. Hari ini kami bersyukur kepada Tuhan sekarang sudah mencapai 208 perusahaan dengan karyawan 214 ribu lebih,” lanjut Prijono.
Hingga kini ada tujuh lini bisnis Astra. Yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur, teknologi informasi dan properti. Perkembangan ini membuat porsi otomotif Astra yang tadinya dominan menjadi tinggal sekitar 50%. Angka ini menurut Prijono akan dipertahankan.
“Dengan perluasan pabrik apakah di Toyota kini kapasitasnya 250 ribu unit (setahun, red), Daihatsu 350 ribu, Isuzu 50 ribu dan motor 5,8 juta, itu menunjukkan kami tidak meninggalkan otomotif,” terang Prijono Sugiarto.
“Tetapi tidak dapat dipungkiri otomotif berhubungan dengan banyak hal lainnya seperti suku bunga. Tak dapat dipungkiri ada bisnis yang menarik bagi Astra. Misal jalan tol. Ada apa saja orang tetap lewat jalan tol,” lanjut Prijono.
“Jadi porsinya tetap 50: 50. Tolong di- quote, otomotif tidak pernah ditinggalkan. Kami akan bertahan di 50 persen,” ulasnya.