Otomotif

TREK HIGH SPEED, SAFETY LEBIH MENGGIGIT

-

Desain trek dan kemajuan teknologi membuat regulasi safety kejuaraan speed offroad ditingkatk­an. Dengan regulasi yang semakin ketat ini, sebenarnya justru membantu bagi para pelaku balap ketika berada di lintasan.

Trek yang dipakai kejuaraan speed off-road belakangan ini membuat mobil-mobil dapat melaju dengan sangat kencang. “Berbeda dibanding waktu dulu, treknya memang masih mengandalk­an alam tanpa pengerasan tanah. Kalau yang sekarang, lintasan dibikin padat, belum lagi straight-nya panjangpan­jang. Jadi memang semua gas pol. Akan bahaya kalau perangkat safety tidak benar,” sebut Unggul Prakoso salah satu anggota komisi speed offroad PP IMI.

Sepanjang pengamatan OTOMOTIF selama 2016, para peserta memang sangat kencang-kencang. Tidak hanya di kelas-kelas enam silinder saja, tapi juga kelas empat silinder. Maka wajar jika akhirnya sisi safety wajib ‘dipelototi­n’.

Sedikitnya ada tiga point penting yang diterapkan pada 2017 ini. Seperti pemberlaku­an head and neck support (HANS), safety belt lima titik dan juga foot rest yang wajib ada.

Untuk aplikasi HANS diwajibkan bagi yang bertanding di kelas-kelas modifikasi dan juga FFA. Seperti G1, G3.2 (4 silinder 1001-2500 Full modifikasi), G4 (6 silinder) dan G5 (FFA). Sementara itu, diluar grup dan kelas yang telah ditentukan, disarankan untuk menggunaka­n HANS atau juga neck roll.

HANS sendiri banyak ragam. Ada yang untuk balap mobil, gokart dan motocross. “Yang boleh pakai hanya HANS untuk mobil, yang ‘standar’ dan juga hybrid. Ini keputusan dari komisi teknik dan kita tuangkan dalam buku regulasi speed off-road,” sebut Fredrik Moeladi, Direktur/ketua Komisi Speed Offroad PP IMI.

Penggunaan HANS ini sebenarnya mencegah bergerakny­a tulang leher secara berlebihan. Berguna bukan hanya ketika terjadi kecelakaan saja, tapi juga menahan ketika mobil selesai jumping atau terlalu banyak goncangan.

“Tidak ada masalah sama sekali dengan pemberlaku­kan ini asal jelas semua,” sebut Adil Prakoso yang akan ikut serta di kelas G3.2.

Pemberlaku­an lain, mengenai safety belt 5 titik pada kelas yang tadi disebutkan. “Ada banyak keuntungan kok pakai yang 5 titik. Yang utama, kita ( driver dan navigator-red) akan terikat kencang di jok jadi lebih aman. Selain itu, kalau pakai yang 4 titik di mobil kencang, pas finish bisa-bisa bonggol kunci safetybelt sudah di perut,” sebut Ade Ramadhan yang kerap jadi navigator/ co- driver di reli dan speed off-road. Bahkan, jika hanya 4 titik, kemungkina­n driver atau navigator melorot dari posisi duduk juga ada.

Sama seperti HANS, pemberlaku­an di kelas tersebut karena dianggap mobil-mobilnya sudah melaju sangat kencang. Dengan safety belt yang kurang memadai bisa berujung fatal.

Perangkat terakhir yang wajib ada yakni foot rest untuk navigator. Dengan adanya foot rest ini sebenarnya juga bisa memberi efek safety. Saat mobil jumping, navigator bisa menahan badannya dengan menginjak foot rest tersebut.

Ini juga menolong ketika belok. Menginjakn­ya dengan kuat akan membantu navigator menahan badan supaya tidak bergeser ketika belok.

Kecuali beli yang asli dan bermerek, aplikasi foot rest ini tidak terlalu mahal. Berkisar Rp 250-500 ribu, bergantung pada bahan yang dipakai.

Segala peraturan ini akan mulai diaplikasi pada seri 1 speed offroad, Indonesia Xtreme Offroad Championsh­ip (IXOR) di Banjarbaru, Kalimantan (11-12/3).• toncil

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia