Otomotif

LEBIH EFISIEN DAN IRIT, SAYANG TERBENTUR HARGA

-

Mobil bertenaga dua mesin, berupa mesin bakar dan listrik, dikenal dengan mobil hibrida. Sejak diperkenal­kan beberapa waktu lalu, tepatnya di 2012, permintaan akan mobil dengan dua mesin ini memang tak sebesar mobil konvension­al.

Padahal sejalan dengan perkembang­an teknologi dan juga program kampanye ramah lingkungan, mobil dua mesin ini sejatinya jadi produk terdepan dalam urusan ramah lingkungan dan efisiensi bahan bakar.

Sayang aturan pemerintah terkait beberapa hal mulai dari Pajak Pertambaha­n Nilai Barang Mewah (PPNBM) dan arah industri kendaraan ke LCGC membuat mobil dua mesin terabaikan konsumen.

“Memang faktor mobil hybrid itu teknologi masih mahal karena pengenaan PPNBM bisa 50-75%. Selain itu belum diproduksi di dalam negeri menjadi faktor lain harga jualnya lebih mahal dari mobil mesin bakar konvension­al,” beber Fransiscus Soerjopran­oto selaku Executive General Manager PT Toyota Astra Motor ( TAM).

TREN MENINGKAT

Sejalan perkembang­an zaman dan juga pengetahua­n konsumen, kecenderun­gan pembelian mobil dua mesin terus meningkat. Hal itu terlihat dari penjualan hingga Januari 2017 mencapai angka 1.473 unit ( Toyota dan Lexus).

Hal senada diungkapka­n para konsumen Lexus memilih tipe dua mesin. “Dasar pertimbang­annya karena kenyamanan, kesenyapan tidak berisik serta kepedulian lingkungan hidup,” beber Elizabeth Saskia H., selaku Business & Marketing Planning Manager Lexus Indonesia PT Toyota Astra Motor.

Itu sebabnya melihat produk mobil dengan dua mesin ini akhirnya diplot untuk mobil menengah ke atas karena set-up harga memang di atas mobil bermesin konvension­al.

Kendala mobil dua mesin kurang bergema karena, pemerintah sedang gencar-gencarnya mendukung LCGC. Sebab mobil ini lebih terjangkau dengan mesin bakar antara 10001200 cc dengan konsumsi bbm irit serta produksi di dalam negeri.

“Teknologi dua mesin masih baru untuk pasar Indonesia serta volume penjualan kecil plus harga membuat konsumen belum terlalu melirik mobil hybrid,” imbuh Elizabeth.

Meski demikian baik Toyota dan Lexus melihat prospek mobil dua mesin tetap ada yang berminat. Malah tidak menutup kemungkina­n, semakin banyak konsumen yang melek dengan mobil dua mesin ini (hybrid) serta ekspektasi pajak berdasarka­n emisi CO2 (C02 Tax) dari pemerintah membuat mobil hybrid bisa ditekan lagi harganya.

“Ke depannya melihat pasar otomotif di Indonesia dan global makin berkembang dan juga semakin pemilih. Tentu akan sangat baik bila komponen-komponen harga yang menjadikan mobil dua mesin dirasa tak terjangkau diperhatik­an pemerintah. Jadi penetapan harganya tidak berbeda dengan mobil mesin bakar konvension­al,” pungkas pak Suryo, panggilan akrab Fansiscus Soerjopran­oto. • JLM

 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia