Otomotif

PREMIUM UNTUK ENTRY LEVEL

-

Jumat lalu (24/3) bertempat di Parc 19, Kemang, Jaksel, PT Piaggio Indonesia (PI) meluncurka­n kembali dua varian Vespa. Dua produk baru ini merupakan model lawas, LX dan S yang mendapat penyegaran dengan mesin baru i-get 125 cc.

“Motor ini menjawab antusiasme masyarakat akan skuter premium, kami memperkena­lkan dua entry-level Vespa dengan teknologi terbaru, mesin i-get, dengan gaya dan desain khas ltalia,” buka Marco Noto La Diega, President Director PT PI.

“Kedua Vespa ini akan menjangkau generasi muda di Indonesia,” sambungnya. Hal yang sama diamini Andre Sanyoto, Marketing Director PT PI. “Kami berharap dua model baru ini bisa dimiliki oleh anakanak muda yang secara kemampuan finansial belum terlalu tinggi,” bebernya.

Optimisme ini tentunya ditunjang dengan harga yang terjangkau. Vespa LX i-get 125 dibanderol Rp 29,9 juta OTR Jakarta. Sedang Vespa S i-get 125 harganya tetap Rp 31,5 juta.

“Di Vietnam, Vespa S i-get 125 ini primadona, best seller di sana. Sedang di Indonesia masih Sprint dan Primavera yang paling diminati. Dengan dua model baru ini di luncurkan di Indonesia kami yakin ada peluang pasar yang sangat baik,” yakin Andre.

Secara teknis, Vespa LX dan S ini sudah dibekali mesin i-get 125 cc, yang merupakan kependekan dari Italian Green Experience Technology. Efek paling positif dari mesin baru ini adalah lebih halus selain keunggulan pada performa dan konsumsi bensin.

“Seluruh detail mulai dari saluran pembuangan, hingga penutup gearbox telah dirancang untuk memberikan pengalaman berkendara yang lebih nyaman. Komponen mekanikal dan elektronik juga telah didesain untuk mengoptima­lkan konsumsi bahan bakar dan performa yang maksimal,” timpal Rakhmat Cahyo Pratomo, Aftersales Director PT PI. • Popo

Apakah integrasi transaksi dipandang mampu menyederha­nakan proses pembayaran yang njelimet. Bagaiamana tanggapan masyarakat pengguna jalan tol terkait hal ini? “Saya menyambut baik kebijakan ini. Gerbang tol yang terlalu banyak justru menimbulka­n kemacetan karena transaksi di tiap gerbang perlu waktu dan tidak efisien,” sebut Aditya, warga Jakarta yang setiap hari melakukan aktivitas menuju Balaraja, Banten.

Lain halnya tanggapan dari Niluh Permata Dewi yang menganggap penempatan GTO masih membingung­kan. “Saya terus terang bingung terhadap penempatan GTO, yang tidak konsisten. Terkadang di kiri, di tengah, di kanan. Semestinya rambu yang menunjukka­n GTO dipasang agak jauh dari gerbang, sehingga kita tidak perlu bermanuver mendadak untuk berada di jalur GTO. Bahaya juga kalau bermanuver dadakan, saling serobot satu sama lain,” ujar Niluh, yang berkantor di bilangan Kebon Jeruk, Jakbar. • Harryt

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia