Otomotif

SEMUA BERAWAL DARI SOAL

-

Indonesia jadi tuan rumah Asia Auto Gymkhana Competitio­n (AAGC) 2017 putaran pertama. Event yang diikuti oleh 13 negara di Asia tersebut digelar di jln Pahlawan, Semarang, Jateng (22/7). Genta Auto & Sport, dipercaya untuk menjadi penyelengg­ara event tersebut.

Setiap peserta yang berjumlah 32 starter mendapat soal yang sama. Meski demikian, secara permainan peserta Indonesia mendapat banyak keuntungan. Sebab, soal yang diberikan tak terlalu jauh berbeda dibanding soal kejurnas slalom yang biasa dijalani peserta Indonesia.

PESERTA KESULITAN

“Memang secara soal dan lokasi kita mendapat sedikit keuntungan. Tapi, soal kali ini sih benar-benar sulit. Kita saja agak kesulitan,” komentar Adrianza Yunial, yang akhirnya berhasil mengantar Indonesia menjadi juara satu tim bersama rekannya Valentino Ratulangi.

“Event kali ini jauh lebih capek dibanding kejurnas. Soal juga lebih sulit dibanding kejurnas, jadi kita harus benar-benar. Beruntung, kita bisa menang,” ungkap Anjasara Wahyu yang jadi juara 1 di kelas Individual.

Berdasar pantauan OTOMOTIF, ada beberapa titik yang memang terlalu dekat posisi kun. Sehingga, peserta benar-benar tak bisa ‘ngegas’toyota Agya yang dipakai.

Mendapat soal yang terbilang sulit ini, beberapa peserta hanya pasrah. “Baru di Indonesia kita merasa sangat kesulitan. Pertama, karena kita tak biasa menggunaka­n handbrake saat gymkhana. Tapi yang sangat masalah pada soalnya. Kun terlalu dekat, sehingga kita tak bisa maksimal. Bahkan kita hanya memanfaatk­an lepas kopling tanpa perlu injak pedal gas untuk melewatiny­a. Soal ini benar-benar sulit,” ungkap Oscar Shiu Wai Ho, peserta asal Hong Kong.

Bukan Oscar saja yang kesulitan, Tetsuya Yamano peserta asal Jepang, juara 1 Auto Gymkhana grand prix dan pemegang prestasi juara Super GT tiga tahun berturut-turut juga demikian.

“Untuk soal memang tak masalah, karena semua peserta sama. Tapi kami di Jepang tak pernah dapat soal seperti ini. Jarak obstacleny­a terlalu dekat jadi kecepatann­ya terlalu rendah. Sebenarnya akan lebih menarik kalau bisa sedikit lebih kencang,” ungkap pembalap berusia 52 tahun ini.

Keluhan terhadap soal ini terjadi saat perlombaan kelas individual. Hasilnya, waktu tempuh para peserta rata-rata lebih dari 1 menit. Hanya Indonesia saja yang bisa meraih di bawah 1 menit.

Melihat hal tersebut dan untuk menambah tontonan, soal kelas kejuaraan antar negara mengalami sedikit ubahan. Beberapa kun dihilangka­n, supaya speed Toyota Agya 1.2L yang dipakai bisa maksimal.

“Untuk mengurangi kesulitan peserta luar negeri. Mereka agak repot dengan lokasi setir kanan jadi tak maksimal,” ungkap Vito Siagian, selaku pimpinan lomba.

Hasilnya, ketika kejuaraan negara digelar, para peserta mampu maksimal. Tontonan jadi lebih tegang dan seru. Secara singkat peserta asal Jepang dan India mampu mendekati peserta Indonesia. Bahkan Achintya Mehrotra asal India mampu mengukir fastest lap.

Beruntung akhirnya Indonesia mampu juara. Baik di kelas individual lewat Anjasara Wahyu dan kelas negara lewat duet Adrianza Yunial/valentino Ratulangi. • toncil

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia