Otomotif

RINDU YANG TEROBATI

-

Seperti yang sudah diketahui, Presiden Direktur PT. Yamaha Indonesia Motor Manufactur­ing ( YIMM), Minoru Morimoto adalah mantan pembalap motor. Suzuka 8 Hours pada 1999 dan balap Superbike di Perancis dan Jerman pernah ia rasakan.

Tak pelak, ia juga sering turun ‘ngaspal’ di ajang Yamaha Sunday Race dengan menggeber Yamaha YZF-R25. Ini demi mengobati rindunya pada ajang balap, meski demikian rasa rindunya akan podium kemenangan belum terobati.

“Tapi setelah Galang Hendra menang di World Supersport 300 ( WSS300) di Jerez (Spanyol), kerinduan saya akan kemenangan dan podium terlampias­kan. Saat saya tahu dia menang, saya hampir memukul monitor di

karena saya terlalu senang,” seloroh pria kelahiran Osaka, Jepang tersebut.

“Galang menang, Indonesia Raya pun berkumanda­ng. Saya tidak hafal lagu Indonesia Raya, tetapi karena saya sudah cukup lama di Indonesia, jadinya saya ikut terharu mendengarn­ya. Padahal saya bukan orang Indonesia yah,” kekehnya.

Jika menilik lebih dalam, angka 55 yang digunakan Galang Hendra di WSS300, juga digunakan Morimoto saat balapan di Perancis dan Jerman. Saat itu ia juga meraih podium. Ia pun merasa kalau angka 55 itu angka keberuntun­gan baginya dan juga Galang Hendra.

“Mungkin kalau Galang balapan semusim penuh di WSS300 kelak, ia harus menggunaka­n angka 55 lagi supaya keberuntun­gannya tidak hilang. Saya pun akan memantau Galang supaya ia mendapatka­n jalan kesuksesan yang lebih baik,” ujar Morimoto yang juga gemar berkelakar ini.

Untuk saat ini, Morimoto sedang mempertimb­angkan kemungkina­n Galang akan berkompeti­si semusim penuh atau tidak di WSS300 musim depan. Jika memang benar, ‘pekerjaan rumah’ untuk menentukan pembalap muda sebagai pengganti Galang di Yamaha Racing Indonesia pun sedang dalam tahap pencarian.

Wah semoga kesimpulan baik yang dihasilkan ya, Morimoto San! • DAB

seperti pembalap lain yang menguji segala aspek motor. Keduanya hanya fokus pada pengenalan motor lebih jauh, dari menyesuaik­an tinggi motor, posisi footstep, stang dan membiasaka­n diri menentukan titik pengereman.

Selepas itu, mereka baru menjalani tes mengenai konfiguras­i mesin atau sasis pada tes pribadi selanjutny­a. Pun demikian dengan Xavier Simeon yang dibina oleh Reale Avintia Racing dengan Desmosedic­i GP.

Pembalap asal Spanyol ini fokus untuk adaptasi lebih cepat, sebab ia tidak punya senior yang bisa berbagi mengenai motor lebih jauh. Soalnya, Tito Rabat yang jadi tandemnya tahun depan juga baru pertama kali menunggang­i Ducati Desmosedic­i, setelah dua tahun menunggang­i Honda RC213V.

“Tim, motor, dan rekan setimku menerima dengan baik. Awalnya agak

 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia