JELAJAH SABANG - SURABAYA
Blazer Indonesia Club (BIC) yang eksis sejak 2001, jadi salah satu komunitas SUV terbesar dan tertua di Indonesia. Belum lama ini menyelenggarakan Jambore Nasional Overland Touring dari Sabang sampai Surabaya (31/10-11/11).
Berbeda dengan touring tahunan, kali ini BIC melakukan perjalanan terpanjang yang dikemas dengan tema “From Zero To Hero” (FZTH). Awalnya, FZTH dibuat untuk memperingati ulang tahun BIC ke-16. “Namun sekalian kami juga ingin memperingati hari pahlawan. Sehingga, kami memutuskan untuk melakukan touring Sabang-surabaya,” ujar Hendra Prasetyo, Sekjen BIC.
Sabang, sebagai titik nol Indonesia adalah “Zero”. Surabaya, sebagai Kota Pahlawan adalah “Hero”. Di Titik Nol menjadi titik start dengan sembilan kendaraan. “Kendaraan ini merupakan seleksi dari puluhan mobil yang ingin berpartisipasi, sudah masuk dalam karantina team teknis sejak 2 bulan sebelum hari H”, ujar Cokie Siregar selaku ketua umum BIC.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 5.000 kilometer, rombongan tiba di Surabaya. Disambut dalam acara Weekend on Wheels ( WOW) yang diselenggarakan di area parkir Delta Plaza.
Tak sekedar penyambutan saja, namun juga mengajak semua komunitas otomotif Surabaya merayakan pesta otomotif. “Maka dari itu, kami juga membuat bursa otomotif, kontes modifikasi motor hingga diramaikan oleh band ibukota,” sahut Naskah, ketua panitia WOW yang juga anggota BIC rayon Surabaya ini. • Tomo
B
Panel instrumen terdiri dari spidometer dan takometer analog dengan layar LCD di tengahnya. Layar ini menunjukkan suhu mesin, indikator bensin, posisi gigi, dan KTRC atau Kawasaki Traction Control dengan 2 mode.
Selain lampu depan, lampu belakang dan sein juga sudah memakai LED sehingga lebih modern dan hemat energi.
Sektor suspensi, bagian depan mengusung upside down 41 mm, sedang sok belakang model horizontal berkontribusi pada sentralisasi massa motor. Sok belakang menempel pada swing arm aluminium berbentuk kotak.
Pengereman sudah mengadopsi sistem ABS dengan dual disc 250 mm 4 piston kaliper radial di depan, dan 250 mm 1 piston di belakang. Bentuk palang peleknya didesain sedemikian rupa sehingga
Riding Position
Dengan tinggi jok tetap 795 mm membuat rider berpostur 170 cm dapat menapakkan kedua kakinya dengan mudah tanpa jinjit, ini karena bagian depan jok meruncing mengecil 30 mm dari versi lama. Namun entah mengapa jok dan suspensi belakang terasa keras saat pertama diduduki, padahal busanya diklaim lebih tebal jadi 90 mm dari 50 mm. Mungkin karena masih baru ya, hehe….
Yang paling terasa beda adalah bobotnya yang ringan! Jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya untuk versi ABS beratnya 174 kg, sedangkan Ninja 250 terbaru ini hanya 167 kg, itu berarti lebih ringan 7 kg. Sedang versi standar dari 172 kg jadi 164 kg saja, turun 8 kg! Bobot ini jadi yang teringan di antara jajaran sport 250 cc 2 silinder!
Posisi berkendara sport turing masih dipertahankan, karena masih pakai setang jepit di atas segitiga, efeknya punggung tidak terlalu menunduk sehingga tidak membebani kedua lengan.
Selain itu pada tangki bensin tepat di mana paha menempel, ukurannya jadi lebih ramping termasuk fairingnya sehingga kaki tidak mengangkang, makanya diklaim kontrol motor lebih baik. Ketika posisi kaki bertumpu di footstep, posisinya juga tidak terlalu mundur, jadi kaki tidak terlalu menekuk dan cenderung rileks. Karakternya masih sport turing banget nih!
cradle sehingga mesin dibopong.
Joknya memiliki aksen ala motor jadul yang sama dengan jok W800 (tipe SE) yang tebal. Di bawahnya terdapat side cover yang bertuliskan angka 175.
Beralih ke knalpot, pakai pipa melengkung yang keluar dari mesin kemudian menyatu dengan silencer yang dilengkapi peashooter style. Mirip Estrella alias W250 kan?