Otomotif

PERANG DAGANG BIKIN WAS WAS

KENYANG PENGALAMAN MEMIMPIN SUZUKI INDONESIA (RODA DUA DAN RODA EMPAT), SEIJI ITAYAMA KINI DIDAULAT JADI PRESIDEN DIREKTUR PT SUZUKI INDOMOBIL SALES (SIS), MENGATUR ARAH KEBIJAKAN YANG STRATEGIS MENCAKUP ANDIL PILAR KETIGA SUZUKI GLOBAL

-

Seperti disebutkan bahwa target penjualan tahun ini sebesar 5,9-6,1 juta unit. Tampaknya mesti menoleh pada kenyataan bahwa nilai tukar rupiah mengalami pelemahan. “Kita akan lihat currency, mudah-mudahan dolar tidak naik terus. Naiknya nilai tukar dolar terhadap rupiah berdampak pada pelaku usaha yang berpotensi menaikkan harga,” urai Sigit, yang juga menjabat Chief Executive Astra Motor.

Perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina juga dikhawatir­kan berdampak terhadap penjualan domestik. “Kita mengamati perang dagang tersebut, termasuk soal rencana pengetatan bea masuk produk komoditas Indonesia ke Amerika Serikat. Dampak yang paling kena daya beli masyarakat yang bekerja pada industri padat karya, dan terkena imbas dari perang dagang,” katanya lagi.

PT SIS, tengah bersiap tinggal landas menyongson­g pilar ketiga, yakni bentuk aliansi global Suzuki, yang melibatkan tiga negara, yaitu Jepang, India dan Indonesia. Misi besar ini nyatanya akan berdampak pada kebijakan strategis PT SIS yang bakal makin sering meluncurka­n produk-produk andalannya di tanah air.

Seiji Itayama, yang baru saja ditunjuk sebagai Presiden Direktur PT SIS, bersemanga­t menjawab pertanyaan yang OTOMOTIF ajukan. Tanpa sungkan pria yang sudah 17 tahun menetap di Indonesia ini, buka-bukaan soal ditunjukny­a SIS menjadi pilar ketiga, serta tentunya rencana kedatangan Jimny generasi terbaru yang menjadi perbincang­an paling hangat saat ini.

Tanpa perlu panjang lebar, berikut petikan wawancara eksklusif OTOMOTIF dengan Itayama San, yang berlangsun­g di kantornya (12/7). • Harryt

OTO : PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) punya target menjadi Pilar Ketiga secara global. Langkah apa saja yang akan disiapkan Suzuki Indonesia untuk menjadi bagian Pilar Ketiga tersebut?

SIS : Suzuki punya banyak production base maupun distributo­r di seluruh dunia. Memang kami sudah ditunjuk jadi pilar ketiga, kita juga di support oleh Suzuki Motor Corporatio­n (Jepang). Itu adalah misi global Suzuki.

Tiga pilar; Jepang, India dan Indonesia. Kita cenderung ingin perkuat software, yakni sumber daya manusia (SDM). Ini juga sesuai arahan dari Kementeria­n Perindustr­ian terkait industri 4.0, bahwa kuncinya adalah SDM.

Contohnya, kami sudah mulai kirim calon manajer pabrik untuk belajar ke Jepang. Dari tahun lalu kita sudah mulai, selama enam bulan mereka belajar ke Jepang. Kami sudah kirim dua kali, total kami sudah kirim 45 orang.

Diantara tiga pilar, kami sekarang saling tukar informasi untuk membahas bagaimana mengembang­kan SDM. Tujuannya belajar mengembang­kan SDM dan sistem yang lebih solid.

Kami punya meeting global, semua negara berkumpul di SMC setahun dua kali. Dulu hanya management Marketing saja yang ikut meeting itu, tapi sekarang HRD juga ikut supaya bisa membahas pengembang­an SDM global Suzuki. Bangunan, pabrik itu gampang, tinggal SDM yang perlu kita tingkatkan.

Pasar Indonesia sangat penting, baik roda dua maupun roda empat. Oleh karena itu, sekarang kita sudah siapsiap. Bukan itu saja, ekspor juga penting karena bisa berkontrib­usi terhadap negara kita. Jadi kita juga fokus bagaimana kita bisa mengembang­kan ekspor.

OTO : Secara line-up, berapa komposisi penjualan kendaraan komersial dan passenger? Lalu berapa forecast dari masing-masing model (Carry pikap, All New Ertiga, Ignis, Swift dan lainnya)?

SIS : Januari-mei 2018 komposisi penjualan passenger car 58 persen, sisanya 42 persen commercial car. Dibantu banyak produk baru di segmen passanger car, All New Ertiga dan Ignis menjadi backbone penjualan saat ini. All New Ertiga sudah diterima dengan baik.

Secara positionin­g berdasarka­n kontribusi penjualan terbesar adalah Carry pickup (termasuk Mega Carry), All New Ertiga, Ignis, dan Baleno. Komposisi passenger car makin banyak. Dulu komposisi komersial 60 persen, sekarang kebalikann­ya.

OTO : Apakah akan ada peningkata­n kapasitas produksi Suzuki di Indonesia? Serta penambahan investasi? Lalu apa peran RND ( Research and Developmen­t) bagi Suzuki Indonesia?

SIS : Pada 2015, kita sudah investasi 1 Milyar USD, atau sekitar Rp 13 triliun, kita sudah bangun Cikarang Plant untuk pembuatan engine, transmisi dan assembling untuk All New Ertiga. Kita sudah meningkatk­an kapasitas produksi 100.000 unit per tahun.

Saya komitmen, PT SIM (Suzuki Indomobil Motor)-anak usaha Suzuki Indonesia dibidang manufaktur-red, pasti akan investasi besar kedepannya, karena pilar ketiga untuk domestik dan ekspor.

RND itu sangat penting. Oleh karena itu kami sedang mmpelajari bagaimana mengembang­kan basis RND. Bukan hanya dari segi bangunan, tapi juga mencakup SDM seprti engineer. Misalnya keterlibat­an engineer Indonesia pada All New Ertiga. Kami sudah punya banyak desainer dan engineer, , tidak hanya untuk membuat mobil tapi motor juga.

OTO : Mobil-mobil Suzuki dikenal punya tur dan kenyamanan yang mumpuni, namun dengan harga yang kompetitif, apa resepnya?

SIS : Suzuki mulai pada tahun 1920 dan mulai memproduks­i mobil tahun 1955 di Jepang. Sejak awal, loso SMC adalah bagaimana kami mengembang­kan produk baik mobil dan motor yang bisa diterima masyarakat. Untuk itu kami harus tahu perasaan konsumen. Kalau kita tahu perasaan konsumen maka kami bisa tahu keinginan konsumen.

Kemudian, kami memang terkenal sebagai produsen mobil mungil atau kei-car, kapasitas 600 cc kebawah. Di dunia, penjualan Suzuki secara keseluruha­n nomor 8, dengan penjualan 3 juta unit. Tetapi ketika berbicara untuk segmen A-B, kita nomor 1 di dunia. Jadi, kami sudah punya know how bagaimana membuat mobil yang berdimensi kecil, tapi punya tur dan kenyamanan yang sesuai dengan harapan konsumen di seluruh dunia, sekaligus harga yang kompetitif.

Kami juga punya loso Shou Shou Kei Tan Bi (lebih kecil, lebih sedikit, lebih ringan, lebih pendek, namun lebih cantik). Misalnya kami selalu berpikir bagaimana membuat kendaraan yang lebih ringan, lebih baik dan lebih berkualita­s. Platform Heartect pada All New Ertiga adalah salah satu contohnya.

OTO : Lalu, apa tanggapan PT SIS terhadap gempuran mobil Cina di Indonesia?

SIS : Menurut saya di pasar Indonesia merek Jepang sudah lama terkenal, yakni 95 persen lebih. Menurut saya merek manapun (Cina, Korea), kami welcome saja. Dengan adanya banyak pemain baru, pasar akan lebih aktif. Kami juga sangat memperhati­kan, jadi merek Jepang jangan sombong yah. Bagi masyarakat Indonesia tentu bagus karena banyak pilihan dan dari sisi harga juga kompetitif.

OTO : Bagaimana PT SIS memetakan konsumen roda dua? Suzuki memiliki modal kuat di tiap segmen (bebek, skutik dan sport), lalu berapa komposisi market share dari masing-masing segmen tersebut? Berapa target penjualan yang ingin dicapai?

SIS : Produk motor tak bisa lepas dari kehidupan orang Indonesia, sudah seperti mitra hidup. Dan saat ini Suzuki punya semua segmen. Secara unit backbone masih sport (GSX series), Nex II juga cukup bagus, padahal baru 2 bulan diluncurka­n. Karena segmen skutik standard (entry level) kontribusi­nya bisa 45 persen.

Segmen bebek, Satria FU150 sekarang naik lagi. Termasuk dulu kita punya Suzuki TS, sama seperti Jimny yang sudah sangat melegenda, sepertinya itu aset Suzuki Indonesia. Kita sedang pelajari apakah kita bisa luncurkan kembali.

OTO : Tren motor skutik dan sport mengalami peningkata­n cukup signi kan. Adakah rencana penambahan model facelift maupun totally new untuk kedua segmen tersebut dalam waktu dekat?

SIS : Kalau tidak salah kami sudah sampaikan sebelumnya di Media Gathering bulan Maret 2018 lalu. Apabila nanti meluncurka­n produk baru lagi pasti akan kami kabari.

OTO : Kompetisi teknologi dan tur di segmen sepeda motor kian gencar, bagaimana PT SIS menjawab tantangan ini? Bagaimana SIS menyesuaik­an cost produksi motor yang syarat teknologi dan tur dengan harga keekonomis­an, terlebih setelah nilai tukar rupiah melemah?

SIS : Kembali lagi loso SMC global, yaitu Shou Shou Kei Tan Bi (Lebih kecil, lebih sedikit, lebih ringan, lebih pendek, tapi lebih cantik).

Kemudian, untuk bisa survive kita butuh volume. Oleh karena itu, selain penjualan dalam negeri, kami juga concern terhadap ekspor. Kita terus komunikasi dengan negara-negara lain untuk kemungkina­n ekspor.

Secara local content, sebetulnya sudah besar, 95 persen. Oleh karena itu, kita berupaya tingkatkan ekspor. Dari total omzet kita, 35 persen itu ekspor. Kami tidak terlalu khawatir terkait dengan nilai tukar, tapi kita ikut arahan pemerintah. Dengan makin banyak ekspor, maka kita dapat penghasila­n dalam dolar lebih banyak sehingga bisa berkontrib­usi juga ke neraca perdaganga­n Indonesia.

OTO : Melihat katalog line-up di Jepang, Suzuki punya bekal cukup besar untuk lebih kuat di segmen mobil dan motor yang a ordable price, seberapa besar kemungkina­n membawa model-model itu ke Indonesia?

SIS : Kami sedang mempelajar­i produk apa yang cocok di Indonesia. Apalagi sekarang konsumen lebih pintar. Oleh karena itu, kita terus mencari kebutuhan dan keinginan konsumen. Termasuk mesin-mesin kapal (Suzuki Marine) karena Indonesia merupakan negara kepulauan.

OTO : Kami ingin menanyakan kabar kehadiran All New Suzuki Jimny ke Indonesia. Respons di Indonesia sepertinya cukup bagus. Bagaimana negosiasi dengan pihak principal sampai saat ini? SIS : Tak ada kendala apa-apa, tapi memang kami harus mempelajar­inya terlebih dahulu harganya berapa yang cocok diterapkan di Indonesia, berapa volume penjualann­ya. Tidak mungkin saya putuskan sendiri, kami harus merujuk arahan SMC global.

 ??  ??
 ?? FOTO: RIZKY ??
FOTO: RIZKY

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia