Otomotif

TURUNKAN TENSI DEMI SAFETY

- toncil

’M otorsport can be dangerous’ dan ‘safety no compromise’, merupakan dua ungkapan yang sangat dikenal di ajang balap. Balap memang sangat berbahaya bagi semua. Baik pelaku, penonton bahkan panitia. Sementara itu, untuk urusan safety memang harus dikedepank­an dan tak bisa ditawar, karena bisa menyangkut nyawa.

Ini terlihat pada ajang Indonesia X-treme O road Racing Championsh­ip putaran 1 Kejurnas Speed O road 2018 di Tembong Jaya, Serang, Banten (28-29/7). Sangat terasa kalau tensi pertarunga­n dan ingar bingar gelaran jauh menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya. Suara-suara menggelega­r dari mobil peserta terasa ‘sepi’ di telinga.

FOKUS

Penyebabny­a karena peserta dilepas satu persatu. Sangat berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya yang selalu dilepas berdua, sehingga ght keduanya menjadi tontonan menarik.

Genta Auto & Sport sebagai pihak penyelengg­ara punya alasan tersendiri mengenai hal tersebut. Debu yang sangat tebal dan membumbung tinggi ketika mobil-mobil dengan mesin besar dan kencang melintas membuat tingkat safety sangat menurun jika dipaksakan dua mobil dilepas bersama.

‘Naik’nya debu tersebut karena lintasan tidak diberi cairan khusus seperti pada gelaran tahun-tahun silam. Hal ini dikarenaka­n harga cairan kimia tersebut terbilang sangat mahal untuk aplikasi.

Ketika mobil terjebak dalam kepulan debu tersebut, driver dan navigator benar-benar tak bisa melihat apapun. Ini yang membuat jadi berbahaya. Karena bisa saja menabrak tanggul dan ‘nyebrang’ ke lintasan sebelah. “Gue pernah tuh. Benar-benar enggak keliatan apa-apa. Penonton juga pasti enggak bisa lihat mobil kita,” cerita Adi Indiarto, navigator yang kini juga jadi driver dari tim BMB Motorsport-bjb.

Dengan dilepas hanya satu peserta, tentu persaingan jadi tak menarik. “Memang benar tidak menarik, karena kita juga jadi kurang terpacu. Kalau ada yang mobil di samping adrenalin juga berbeda. Tapi, ini semua demi safety kita-kita juga. Jadi saya setuju dan mendukung,” tambah H. Rihan Variza dari BMB Motorsport-bjb yang menggunaka­n mobil tubular bermesin

V8.

Selain Rihan, Yadi Odotz navigator Irman dari tim BBG-AHSRT yang menggunaka­n Suzuki Jimny bermesin 3S-GE dan ikut di kelas G3.2 juga menyebut demikian. “Percuma dilepas berdua juga. Pasti ada pelannya, karena masuk debu. Selain itu bisa memicu prasangka tidak baik antar peserta. Kalau untuk tontonan sih memang kurang menarik,” ungkap pemukim di Majalaya, Jabar ini.

Berbeda dibanding Rihan dan Odotz, Musa Arjianshah yang bertarung pakai Can-am Maverick justru menyenangi sistem dilepas satu per satu.

terlalu jauh nih menjorok jadi tidak terbawa emosi ngejar atau menjauh dari sebelah. Bisa gas lebih baik dengan mencari racing line yang benar. Karena kalau emosi, biasanya bawa jadi ngaco. Kalau dilepas satu persatu begini, jadi bisa lebih fokus,” ucap pembalap dari tim 7 Saudara-bank BJB- Bla Bla Bla tersebut.

Untuk suatu gelaran lomba, memang harus memperhati­kan dan mengedepan­kan safety. •

 ?? FOTO: RANDY ??
FOTO: RANDY
 ??  ?? H. Rihan Variza. Pertarunga­n memang kurang seru, tapi semua demi safety
H. Rihan Variza. Pertarunga­n memang kurang seru, tapi semua demi safety
 ??  ?? Musa Arjianshah. Dilepas sendiri bisa bikin kita lebih fokus
Musa Arjianshah. Dilepas sendiri bisa bikin kita lebih fokus

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia